Biodata Agutinus Adisutjipto

Agutinus Adisutjipto

Biodata Agutinus Adisutjipto

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Agutinus Adisutjipto. Penasaran ingin tahu tentang biodata Agutinus Adisutjipto, simak penjelasannya berikut ini.

Agutinus Adisutjipto

 

Agustinus Adisutjipto, Marsekal Muda Anumerta adalah seorang pahlawan nasional dan seorang komodor udara Indonesia. Agustinus Adisutjipto dilahirkan di Salatiga pada tanggal 4 Juli 1916.

Beliau merupakan putra sulung dari Roewidodarmo, seorang pensiunan pemilik sekolah di Salatiga. Ketika ia sudah lulus dari sekolah menengah pertama atau Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Adisucipto berniat untuk ikut tes sekolah penerbangan di Kalijati.

Akantetapi, keinginannya ini ditentang oleh sang ayah, sehingga Adisutjipto masuk Algeemene Middelbare School (AMS) di Semarang.

Setelah lulus pada tahun 1936, Adisucipto kembali memohon kepada sang ayah untuk diizinkan mengikuti pendidikan sekolah militer Breda (negeri Belanda).

Ayahnya justru menyarankannya untuk masuk ke sekolah kedokteran. Adisutjipto pun menuruti saran sang ayah. Ia kuliah di Genneskundige Hooge School atau sekolah tinggi kedokteran di Jakarta.

Selama berkuliah di sana Adisutjipto termasuk mahasiswa yang rajin, pikirannya tetaplah berada di “udara”. Oleh karena itu, secara diam-diam Adisutjipto mengikuti test penerinaman Militaire Luchtvaart Opleidings School atau sekolah pendidikan penerbangan militer di Kalijati.

Adisutjipto lulus dengan hasil yang sangat memuaskan. Dari hasil ini, ayahnya pun akhirnya memberikan izin Adisutjipto untuk menempuh sekolah penerbangan.

Cita-cita Adisutjipto telah tercapai setelah lulus dari tingkat pertama, Adisucipto diterima sebagai kadet penerbang. Bersamaan dengan sembilan siswa lainnya, Adisucipto mencapai tingkat Vaandrig Kortverbang Vlieger atau Letnan Muda calon penerbang ikatan pendek.

Akantetapi, karena saat itu masih terdapat diskriminasi antara orang Belanda dengan Indonesia, maka dari 10 siswa, hanya terdapat lima orang yang lulus.

Baca Juga :  Biodata Roestam Effendi, Sastrawan Indonesia

Kelima orang ini mencapai tingkat Klein Militaire Brevet atau Brevet Penerbang Tingkat Pertama. Dari lima orang ini, hanya ada dua orang saja yang berhasil mendapat Groot Militaire Brevet atau Brevet Penerbang Tingkat Atas, yaitu Agustinus Adisutjipto dan Sambudjo Hurip.

Sejak menjadi penerbang, karier Adisucipto semakin melejit. Adisutjipto diangkat menjadi Ajudan Kapitein (Kolonel) Clason, pejabat Angkatan Udara KNIL di Jawa.

Adisutjipto menduduki jabatan ini sampai Jepang datang ke Indonesia pada tahun 1942. Pada masa pendudukan Jepang, semua bekas penerbang KNIL dibebastugaskan.

Adisutjipto kembali ke rumah orang tuanya di Salatiga. Di sana Adisutjipto bekerja sebagai jurutulis di Perusahaan Angkutan Bus (Jidosya Jimukyoku).

Perjuangan  Agustinus Adisutjipto

Ketika revolusi meletus, Adisucipto pindah ke Yogyakarta. Di sana didirikanlah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bagian penerbangan pada markas tertinggi TKR berdasarkan maklumat pemerintah pada tanggal  5 Oktober 1945.

Bagian ini bertugas untuk membangun serta menyusun penerbangan militer. Soerjadi Soerjadarma, perwira lulusan Akademi Militer di Breda, diangkat sebagai Komodor Udara. Ia kemudian memanggil Adisutjipto untuk turut membantu menyusun kekuatan di udara.

Soerjadarma juga memanggil semua penerbang bekas KNIL yang ada di Jawa. Pada Desember, Oerip Sumohardjo, kepala staf umum Tentara Nasional Indonesia (TNI atau TKR), memerintahkan agar para komandan segera mengklasifikasikan seluruh material dan penerbang serta melapor ke Markas Besar Umum (MBU).

Dari pengumuman ini, Adisucipto kemudian diangkat menjadi Komodor Muda Udara. Adisutjipto diberi tugas untuk mengambil alih seluruh material, personel, dan instalasi.

Pada tanggal 27 Oktober 1945, Adisutjipto menerbangkan pesawat Cureng berbendera merah putih di sekitaran Yogyakarta.

Adisutjipto menerbangkan pesawat tersebut karena bermaksud untuk membakar semangat rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan.

Baca Juga :  Biodata KH Fakhruddin, Pejuang Pergerakan Kemerdekaan Indonesia

Inilah penerbangan berbendera merah putih pertama di tanah air. Hal ini juga menjadi bukti semangat cinta tanah air yang begitu besar.

Pada tanggal 15 November 1945, Adisutjipto mendirikan sekolah penerbang di Yogyakarta, tepatnya di Lapangan Udara Maguwo.

Di lapangan Maguwo, Adisutjipto diberi tanggung jawab dari panglima divisi setempat, yang secara resmi dimulai pada tanggal 15 Desember 1945.

Adisutjipto juga ditugaskan untuk memimpin kesatuan operasi dengan basis Maguwo. Oleh karena itu, Adisutjipto disebut sebagai perintis utama dalam sejarah pendidikan penerbangan di Indonesia.

Wafat

Pada saat Agresi Militer Belanda I, Adisutjipto bersama Abdulrahman Saleh, komodor muda udara, diperintahkan untuk ke India menggunakan pesawa Dakota VT-CLA.

Mereka berhasil menerobos blokade udara Belanda menuju India dan Pakistan. Sebelum kembali ke Indonesia, mereka lebih dulu singgah ke Singapura untuk mengambil bantuan obat-obatan Palang Merah Malaya.

Soerjadi Surjadarma pun sudah menunggu kedatangan pesawat ini di Lanud Maguwo. Ia memerintahkan agar pesawat tidak berputar-putar sebelum mendarat untuk menghindari kemungkinan serangan udara pada pesawat tersebut.

Pada saat pesawat yang ditumpangi Adisutjipto dan Saleh mendekati Lanud Maguwo, pesawat ini masih berputar-putar untuk bersiap mendarat. Tiba-tiba muncul dua pesawat Kittyhawk milik Belanda dari arah utara.

Pesawat ini diwakili oleh Lettu B.J. Ruesink dan Serma W.E. Erkelens yang langsung menjatuhkan tembakan ke pesawat Dakota VT-CLA yang mengakibatkan pesawat hilang kendali kemudian jatuh di perbatasan Desa Ngoto dan langsung terbakar.

Semua penumpang di pesawat tersebut pun meninggal, salah satunya Agustinus Adisutjipto. Beliau dimakamkan di pemakaman umum Kuncen I dan II, lalu dipindahkan ke Monumen Perjuangan TNI AU pada tanggal 14 Juli 2000 di Sewon, Yogyakarta.

Baca Juga :  Review Iphone 13 Beserta Spesifikasi dan Harga Terbaru

Atas jasanya, Adisucipto dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Namanya pun dijadikan nama bandar udara di Yogyakarta.

Penutup

Itulah biodata Agutinus Adisutjipto. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.

Sumber : Kompas.com

You May Also Like

About the Author: Afnan Rafiski