Table of Contents
Biodata H. Ilyas Yacoub, Pahlawan Nasional dari Sumatera Barat
Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata H. Ilyas Yacoub seorang Pahlawan Nasional dari Sumatera Barat. Penasaran ingin tahu tentang biodata H. Ilyas Yacoub, simak penjelasannya berikut ini.
H. Ilyas Yakoub atau ada juga yang menyebut dengan Ilyas ya’kub adalah seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat.
H. Ilyas Yacoub juga tercatat dan dikenal dengan sepak terjangnya dalam menggerakan Kemerdekaan Republik Indonesia. Sebagai wartawan dan politikus Islam pada masa pergerakkan kemerdekaan Indonesia, sepak terjangnya memperlihatkan karakteristik radikal positif justru mengangkat martabat dan integritas dirinya sebagai tokoh Islam dan nasionalis yang kuat menentang penjajah Belanda.
Di wilayah Sumatra Barat, nama H. Ilyas Yacoub bisa disebut mendarah daging dengan nafas kehidupan masyarakat Sumbar sebagai salah seorang pahlawan kebanggaan mereka.
Latar Belakang Keluarga
Ilyas Yakoub lahir di Asam Kumbang, Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1903, Dia adalah putra ketiga dari empat bersaudara dari pasangan suami-isteri Haji Ya’kub dan Siti Hajir, sejak kecil Ilyas Ya’kub belajar ilmu agama dengan kakeknya Syeikh Abdurrahman.
Ayah Ilyas Ya’kub seorang pedagang kain dan hidup di lingkungan ulama, cukup memberi peluang dana dan motivasi bagi Ilyas Ya’kub untuk mengecap pendidikan lebih baik.
Pertama ia mendapat pendidikan di Gouvernements Inlandsche School. Tamat sekolah ia bekerja sebagai juru tulis selama dua tahun (1917 – 1919) di perusahaan tambang batu bara Ombilin Sawahlunto Sijunjung.
Dia keluar dari perusahaan itu sebagai protes terhadap pimpinan perusahaan asing yang imperialisme dan kolonialisme yang kasar terhadap kaum buruh pribumi.
Sebagai konvensasi Ilyas Ya’kub memperdalam ilmu agama Ilyas Ya’kub kemudian belajar dengan Syekh Haji Abdul Wahab. Gurunya (juga ayah dari isterinya Tinur) ini melihat Ilyas Ya’kub berbakat, lalu dibawa ke Mekah.
Ketika berada di tanah suci itu, selesai menunaikan ibadah haji, Ilyas berminat untuk menetap di sana guna memperdalam ilmu agamanya. Pada tahun 1923 ia punya kesempatan ke Mesir. Di sana ia memasuki sebuah universitas mulanya sebagai thalib mustami’ (mahasiswa pendengar).
Usai menyelesaikan pendidikan pada Gouvernements Inlandsche School, Yacoub bekerja sebagai juru tulis selama 1917 sampai 1919 pada pertambangan batu bara milik Belanda di kawasan Ombilin, Sawahlunto, Sijunjung.
Dua tahun bekerja dengan pemerintah kolonial sudah cukup mematri dan memicu semangat kebangsaan Ilyas Yacoub yang menjadi saksi hidup kesewenang-wenangan pejabat perusahaan asing terhadap buruh pribumi.
Kobaran semangat yang sama membuat Yacoub memutuskan berhenti bekerja dan seterusnya memperdalam ilmu agama di Mesir. Pada masa inilah ia banyak berkenalan dengan dunia organisasi politik seperti Hizb al-Wathan dan Perkumpulan Mahasiswa Indonesia dan Malaysia (PMIM).
Aktivitas politik Yacoub semakin meningkat ketika ia dilantik sebagai wakil ketua organisasi sosial politik, Jam’iyat al-Khairiyah, dan ketua organisasi politik, Difa` al-Wathan.
Tentu saja, Yacoub sangat menyadari peran media sebagai salah satu pelantang paling efektif dalam dunia politik. Dan ketajaman gagasan serta kelihaian kritik terhadap prilaku dan kebijakan pemerintah kolonial pada masa itu tak urung membuat gerah para pejabat sipil maupun militer Belanda.
Pada tahun 1930 Ilyas Yacoub mendirikan partai Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) bersama salah seorang karibnya yakni Mukhtar Luthfi.
Bak pintu yang terbuka lebar, aktivitas Yacoub dalam dunia politik makin merisaukan pemerintah Hindia Belanda, terlebih melalui kerja sama partainya dengan PERTINDO yang dibidani langsung dari tangan Ir. Soekarno, Presiden pertama Indonesia.
Puncak kegalauan pemerintah Belanda makin tak terbendung dan serta merta menghentikan segala bentuk perjuangan Ilyas Yacoub yang memerdekakan banyak wilayah di Indonesia melalui hukuman pengasingan ke Digul, Irian Jaya.
Setelah dikumandangkannya kemerdekaan Indonesia, Yacoub diangkat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Tengah (DPRST) dan koordinator partai politik se-Sumatera Tengah.
Meski sosok dan perjuangannya telah menjadi panutan tetap bagi rakyat Sumatra, Ilyas Yacoub memilih menolak pencalonan dirinya sebagai Gubernur Sumatera Tengah kala itu, dan memilih menjadi sekedar Ilyas Yacoub yang membumi bersama rakyat Sumatra.
Wafat
H. Ilyas Yakoub wafat pada tanggal 2 Agustus 1958 jam 18.00 wib, ia meninggalkan 11 orang anak, antara lain putranya Anis Sayadi, Fauzi (satu di antaranya yang menulis riwayat hidup singkat tokoh ini).
Ilyas Yacoub dimakamkan di Masjid Raya Kapencong, Pesisir Selatan, Sumatra Barat dan namanya diabadikan untuk menyebut nama sebuah Taman Makam Pahlawan di wilayah yang sama.
Pada tahun 2012, tepatnya hari Minggu tanggal 4 Desember 2012 Makam H. Ilyas Yakoub pindah dari Masjid Al-Munawarah Nagari Kapelgam Bayang kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) ke lokasi seluas 2000 meter berada di arah sampingnya dengan jarak sekitar 100 meter.
Proses Pemindahan dan pemakamam tersebut dilakukan secara Militer oleh TNI dan ditandai dengan letusan kehormatan oleh anggota TNI di lokasi makam Kapelgam, Kecamatan Bayang.
Almarhum juga dianugerahi tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana atas jasanya mempertahankan prinsip-perinsip kemerdekaan dari ancaman kolonialisme Belanda sekaligus menggerakkan kemerdekaan RI di samping memperjuang Partai dan Pendidikan Islam.
Kebesarannya dihargai Negara, dan oleh Pemerintahan Kabupaten setiap bulan diberikan bantuan kesejahteraan sejumlah uang tunai kepada keluarga pahlawan nasional ini, yang ditetapkan dengan SK-Bupati Nomor 400-134/BPT-PS/2005 tanggal 2 Januari 2005.
Penutup
Itulah biodata H. Ilyas Yacoub seorang Pahlawan Nasional dari Sumatera Barat. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.
sumber : wikipedia