Biodata Murtidjono, Budayawan Indonesia

Murtidjono

Biodata Murtidjono, Budayawan Indonesia

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Murtidjono seorang Budayawan Indonesia. Penasaran ingin tahu tentang biodata Murtidjono, simak penjelasannya berikut ini.

Murtidjono

Martinus Joseph Murtidjono atau yang lebih dikenal dengan nama Murtidjono adalah budayawan yang berasal dari Indonesia. Beliau lahir pada tanggal 10 juli 1951, di Kota Salatiga, tetapi dibesarkan di Surakarta, Jawa Tengah.

Murtidjono merupakan salah satu penggagas berdirinya Taman Budaya Jawa Tengah, yang akhirnya memimpin instansi tersebut selama 25 tahun dan peletak dasar pola pengelolaan taman budaya yang diikuti oleh taman budaya di seluruh Indonesia.

Murtidjono lahir dari pasangan Sri Hunon dengan Murdiyo Djungkung, tokoh Tentara Pelajar pada masa itu. Beliau mengenyam pendidikan dasar dan menengah di Solo.

Lalu, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Filsafat, Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Kemudian, pada tahun 1982, Murtidjono menikah dengan Ningsri Sadiarti, putri pengusaha asal Solo, dan mempunyai tiga orang anak.

Murtidjono menapaki karier dari golongan 3A pegawai negeri sipil (PNS) pada tahun 1979 di Akademi Seni Karawitan Indonesia sebagai pengajar matakuliah Filsafat Seni, dan mengakirinya dengan golongan 4A sebagai Kepala Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta.

Karena kecintaannya terhadap seni, pemikiran, serta pengambidannya, pada tahun 1994 Murtidjono menerima gelar kebangsawanan dari Sri Susuhunan Pakubuwono XIII dengan nama Kanjeng Raden Tumenggung Sujonopuro.

Murtidjono memiliki peran penting dalam dinamika kesenian dan kebudayaan di Jawa Tengah, bahkan untuk skala nasional, secara langsung mau pun tidak langsung.

Terutama terkait otonomi lembaga kesenian, kebebasan berekspresi dan pembangunan ruang publik kebudayaan. Konsentrasi gagasan dan semua kegelisahannya tidak mampu menjauh dari segala yang terkait dengan masalah kesenian dan kebudayaan.

Baca Juga :  Biodata Idris Sardi, Maestro Biola Indonesia

Perhatiannya terhadap permasalahan tersebut mulai menemu ranahnya pada saat Murtidjono menjabat sebagai Kepala Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta.

Satu posisi yang memungkinkan mengurai visinya secara konkret dan berdaya lewat kebijakan formal, diikuti pembangunan opini yang berkesinambungan.

Capaian ketokohannya yang lengkap semacam itu, membuat gagasan yang ia implementasikan secara nyata menjadi semacam pola dari suatu gerakan kebudayaan.

Gerakan kebudayaan yang berangkat dari satu kantong kecil, Taman Budaya Jawa Tengah. Pemikiran dan keberadaan Murtijdono juga mengimbas pada dinamika kehidupan kesusastraan dan perpuisian di Indonesa.

Sejak tahun 1980-an, pada masa-masa awal kepemimpinannya, saat Taman Budaya Jawa Tengah masih berkedudukan di Sasono Mulya, Kompleks Kraton Kasunanan Surakarta, aktivitas sastra telah dimulai proses kreativitas sejumlah sastrawan.

Hingga pada periode berikutnya, saat Taman Budaya Jawa Tengah pindah di Kentingan, pada tahun 1990-an, program-program apresiasi sastra tidak pernah berhenti. Baik yang dilakukan secara berkala, maupun yang dilakukan secara temporer.

Indikasi dari proses akomodasi yang panjang dan transparan terhadap kehidupan sastra dan puisi itu tampak nyata saat Taman Budaya Jawa Tengah menggelar Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1995.

Pada perhelatan yang melibatkan sejumlah budayawan dan seniman dari berbagai cabang kesenian di seluruh Indonesia itu tercatat juga dilibati oleh hampir 150 penyair yang datang dari berbagai pelosok tanah air.

Sebelumnya, bersama Halim HD, Murtidjono juga telah sukses menyelenggarakan perhelatan kebudayaan Nur Gora Rupa dan sarasehan kesenian bertajuk Sastra Kontekstual yang menghadirkan Arief Budiman.

Salah satu ciri pada saat kepemimpinan Murtidjono adalah menjadikan taman budaya sebagai rumah bagi seniman, dengan memberikan kemerdekaan berkarya melalui proses kreatif.

Dan pada akhirnya, Taman Budaya Jawa Tengah lebih sering menyelenggarakan perhelatan kesenian berskala nasional, dan menjadi rujukan para seniman dalam melakukan kajian-kajian.

Baca Juga :  Biodata John Henry Poynting Penemu Efek Poynting di torsi

Beberapa karya Murtidjono antara lain antologi puisi Umpatan-Tuyul, Cermin Buram, keduanya bersama Sosiawan Leak, dan satu album lagu berjudul Rock Gaek.

Wafat

Murtidjono wafat pada tanggal 3 Januari 2012 di Rumah Sakit Dr. Sardjito, Yogyakarta karena mengidap leukemia. Sebelum dimakamkan, jenazahnya disemayamkan di tiga tempat antara lain di rumahnya, di Taman Budaya Jawa Tengah, dan di gereja yang mengantarkannya melalui misa requiem.

Dalam rangka menghormati dan mengenang jasa-jasa Murtidjono dalam mengembangkan dunia kesenian, ratusan penyair dari berbagai kota di Indonesia menggelar peluncuran antologi puisi bertajuk Requiem bagi Rocker, pada tanggal 21 April 2012.

Penutup

Itulah biodata Murtidjono seorang Budayawan Indonesia. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.

Sumber : id.wikipedia.org

 

You May Also Like

About the Author: Afnan Rafiski