Table of Contents
Biodata W.S. Rendra (Willibrordus Surendra Broto Rendra), Sastrawan Indonesia
Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata W.S. Rendra (Willibrordus Surendra Broto Rendra) seorang Sastrawan Indonesia. Penasaran ingin tahu tentang biodata W.S. Rendra, simak penjelasannya berikut ini.
Willibrordus Surendra Bawana Rendra yang biasa kita kenal dengan nama W.S. Rendra, beliau adalah seorang sastrawan ternama Indonesia.
beliau lahir di Solo tanggal 7 November 1935. Beliau adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai “Burung Merak” dan meninggal dunia di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada usia 73 tahun.
Terlahir dari keluarga yang beragama Katolik, beliau memiliki nama baptis Willibrordus Surendra Bawana Rendra, yang kemudian dikenal menjadi Rendra atau WS Rendra, setelah masuk Islam pada tahun 1970.
Hingga sekolah SMA, WS Rendra menempuh pendidikannya di Surakarta, Jawa Tengah. Bakatnya dalam menulis puisi, cerita pendek, dan drama, telah terlihat sejak SMP.
Tetapi, sajaknya baru diterbitkan pertama kali di majalah Siasat pada tahun 1952, saat beliau duduk di bangku SMA. Sepanjang tahun 1950-an puisi-puisi dan cerpennya terus dimuat dalam berbagai majalah, seperti Kisah, Seni, Basis, dan Konfrontasi.
Naskah dramanya pun ada yang memenangkan lomba di Yogyakarta. Setelah tamat dari SMA, Rendra lanjut berkuliah di Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra dan Budaya Inggris, akantetapi hanya mencapai gelar sarjana muda.
Namanya sudah dikenal di kalangan seniman Surakarta. Pada tahun 1954, Rendra diundang oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk menghadiri seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard.
Selama 2 bulan, Rendra berkeliling AS untuk mengenal lebih dekat kehidupan kesusastraan di sana. Setelah mendapatkan pengalaman yang cukup, ia kembali ke Indonesia dan mendirikan kelompok teater di Yogyakarta pada tahun 1961.
2 tahun selanjutnya, Rendra kemudian mengerjakan proyek teater pertamanya yang bertajuk “Dead Voices”. Untuk pertama kalinya, WS Rendra tampil membacakan puisi di depan orang banyak.
Beliau sangat disenangi karena sifat pembacaan puisi dan penampilannya yang indah serta flamboyan. Kemudian ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di American Academy of Dramatic Arts, New York City.
Pada tahun 1967, setelah menyelesaikan pendidikan di Amerika Serikat, WS Rendra mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta.
Pengalaman yang beliau dapat selama belajar di Amerika Serikat juga ia tuangkan dalam bentuk teater tradisional Indonesia.
WS Rendra menggabungkannya menjadi sesuatu yang baru dan menghasilkan sebuah karya yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan teater di Indonesia, bahkan sampai sekarang.
Pada tahun 1969, beliau menciptakan sebuah drama tanpa dialog, di mana para pemerannya hanya berekspresi menggunakan tubuh mereka dan mengeluarkan suara sederhana, seperti “bip bop” atau “zzzz.” Penyair Goenawan Mohamad menyebut pertunjukan ini sebagai Teater Kata Mini.
WS Rendra juga berperan sebagai aktivis. Selama masa Orde Baru, ia merupakan salah satu orang yang berani menyuarakan pendapatnya.
Sepanjang tahun 1970-an, WS Rendra semakin dikenal sebagai penyair. Beliau banyak menggelar pertunjukan dan pembacaan puisinya juga dihadiri banyak orang.
Tetapi, sejak tahun 1977, Rendra mulai kesulitan untuk tampil di depan khalayak umum. Kelompok teaternya di Bengkel Teater juga sukar mendapat pekerjaan. Oleh sebab itu, Rendra merantau ke Jakarta.
Pada saat WS Rendra sedang membacakan puisi di pusat seni Taman Ismail Marzuki di Jakarta, salah seorang agen militer Soeharto melemparkan bom amonia ke atas panggung.
Beliau ditangkap dan segera dibawa untuk dipenjarakan di pusat penahanan Polisi Militer Guntur. WS Rendra baru dibebaskan 9 bulan tanpa diadili.
Kemudian setelahbebas, WS Rendra tidak diizinkan untuk mementaskan puisi atau drama. Barulah pada tahun 1986, beliau menulis, menyutradarai, dan memainkan teater berjudul Panembahan Reso.
Drama tersebut mengangkat isu suksesi kekuasaan, yang merupakan hal tabu pada masa Orde Baru. Meski banyak sekali rintangan yang menghadang, beliau tidak menyerah. WS Rendra tetap berjuang untuk bisa terus berkarya dalam puisi maupun teater.
Beberapa karya WS Rendra
- Balada Orang-Orang Tercinta (1957)
- Kumpulan Sajak (1961)
- Sajak-Sajak Sepatu Tua (1972)
- Potret Pembangunan dalam Puisi (1983)
- Nyanyian Orang Urakan (1985)
- Orang-Orang Rangkasbitung (1993)
- Orang-Orang di Tikungan Jalan (1954)
- Selamatan Anak Cucu Sulaiman (1967)
- Kisah Perjuangan Suku Naga (1975)
- Panembahan Reso (1986)
- Mastodon dan Burung Condor (1973)
- Kumpulan Esai Mempertimbangkan Tradisi (1983)
Penghargaan
Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta (1954), Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956), Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970), Akademi Jakarta (1975), Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976), Penghargaan Adam Malik (1989), The S.E.A. Write Award (1996), Penghargaan Achmad Bakri (2006)
Wafat
W.S Rendra wafat pada tanggal 6 Agustus 2009, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya Rendra sempat mendapatkan perawatan di RS Harapan Kita dan RS Mitra Keluarga. Rendrameninggal dunia akibat sakit yang dideritanya.
Penutup
Itulah biodata Willibrordus Surendra Bawana Rendra yang biasa kita kenal dengan nama W.S. Rendra. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.
sumber : www.kompas.com