Biodata Dodong Djiwapraja, Penyair Indonesia

Dodong Djiwapraja

Biodata Dodong Djiwapraja, Penyair Indonesia

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Dodong Djiwapraja seorang Penyair asal Indonesia. Penasaran ingin tahu tentang biodata Dodong Djiwapraja, simak penjelasannya berikut ini.

Dodong Djiwapraja

Dodong Djiwapraja adalah salah satu penyair dalam lingkup sastra Indonesia. Beliau lahir pada tanggal 25 September 1928 di Banyuresmi, Garut, Jawa Barat.

Dodong Djiwapraja mulai menulis puisi sejak akhir tahun 1940-an, tepatnya tahun 1948. Puisi Dodong Djiwapraja khususnya yang ditulis tahun 1948-1972 dipublikasikan dalam berbagai majalah Indonesia antara lain dalam Mimbar Indonesia, Gema Suasana, Siasat, dan Budaja Djaya.

Beliau mengawali pendidikan dari SD pada tahun 1916 dan SMA pada tahun 1951 di Bandung. Kemudian, pada tahun 1951 hingga 1952, beliau  mengikuti pendidikan di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, tetapi tidak sampai selesai.

Lalu, ia melanjutkan pendidikan ke Akademi Hukum Militer sampai lulus pada tahun 1960 dan Perguruan Tinggi Hukum Militer sampai mendapatkan gelar sarjana hukum pada tahun 1963.

Dodong Djiwapraja juga pernah ikut serta dalam penyusunan Ensiklopedi Kebudayaan Sunda yang diprakarsai oleh Ajip Rosidi.

Beliau pernah bekerja di penerbit Pustaka Rakyat yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana pada tahun 1949, bertugas sebagai redaktur majalah Angkasa pada tahun 1950, dan menjadi perwira hukum di Lanuma Husein Sastranegara, Bandung sampai pensiun pada tahun 1976.

Sebelum pensiun, Dodong pernah bekerja sebagai guru SMA IPI Jakarta pada tahun 1953 hingga tahun 1958, anggota Komisi Istilah Seksi Penerbangan tahun 1951 hingga tahun 1960, anggota pengurus pleno BMKN tahun 1960, dan sebagai dosen luar biasa Estetika di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, tahun 1962—1964.

Terakhir, setelah pensiun, Dodong Djiwapraja bekerja sebagai dosen luar biasa di Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran, Bandung pada tahun 1979 hingga tahun 1985.

Baca Juga :  Biodata Muhammad Balfas, Sastrawan Betawi

Dodong Djiwapraja mulai menulis puisi sejak tahun 1948. Puisi yang ditulisnya tahun 1948 hingga tahun 1972 dipublikasikan dalam berbagai majalah di Indonesia, antara lain dalam Mimbar Indonesia, Gema Suasana, Gelanggang, Siasat, dan Budaja Djaya.

Sedangkan puisinya yang mutakhir, tahun 1973 hingga tahun 1994, dimuat dalam majalah Budaya Jaya. Puisinya yang tersebar dalam majalah itu kemudian dihimpun dan diterbitkan dalam bentuk buku yang berjudul Kastalia, oleh Pustaka Jaya pada tahun 1997.

Bagi Dodong Djiwapraja terbitnya kumpulan puisi ini mempunyai arti tersendiri, yakni sebagai album pribadi. Puisi yang tercantum di dalamnya tak ubahnya potret pribadi, terpampang dalam berbagai pose, tampang, dan gaya yang berbeda-beda seiring dengan meningkatnya usia dengan berlatarkan suasana zaman yang berlain-lainan pula (Kastalia, 1997:ix).

Puisi Dodong selain tersebar dalam berbagai majalah, juga dimuat dalam Gema Tanah Air (1948) susunan H.B. Jassin, Laut Biru Langit Biru (1977) yang disunting oleh Ajip Rosidi, serta dalam Tonggak (1987) editor Linus Suryadi AG.

Ajip Rosidi dalam Ichtisar Sedjarah Sastra Indonesia (1969) menyatakan bahwa Dodong Djiwapraja adalah salah seorang penyair Indonesia terkuat di samping W.S. Rendra.

W.S. Rendra dalam kata pengantar buku Kastalia mengatakan bahwa Dodong Djiwapraja sebagai penyair yang waspada.

Dikatakan sebagai penyair waspada karena puisi-puisi Dodong mencerminkan sikap hidupnya yang berhati-hati, tekun melindungi kemurnian hati nuraninya, dan sangat menghargai saat-saat bahagia sekecil dan sesederhana apa pun, penuh rasa syukur kepada-Nya atas anugerah keindahan alam, yang semuanya itu dilukiskannya dengan cermat dan bagus.

Sebagai seorang penyair, Dodong juga aktif dalam organisasi Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Beliau juga  menjadi anggota delegasi pengarang Indonesia yang tergabung dalam Lekra bersama Sitor Situmorang sebagai ketua delegasi, Rivai Apin dan Utuy Tatang Sontani sebagai anggota.

Baca Juga :  Kewajiban dan Hak Terhadap Ketersedian Air

Delegasi pengarang Indonesia ini pernah mengikuti Konferensi Pengarang Asia—Afrika di Uni Sovyet pada tahun 1958, di Tokyo, Jepang pada tahun 1960, di RRT pada tahun 1961, dan di Bali pada tahun 1962.

Konferensi Pengarang Asia-Afrika ini memberi inspirasi bagi Dodong, misalnya, “Malam di Tokyo” yang mengungkapkan rasa solidaritasnya kepada buruh yang mogok, puisi “Dari Utara ke Selatan, dari Selatan ke Utara” menggambarkan suasana kegembiraan saat menyambut konferensi yang akan menggalang kerja sama negara Asia-Afrika,.

Kemudian pada  puisi “Pasir Putih, Pantai Sanur” yang dimuat dalam Sastra, No. 9—10, Tahun III, 1963 yang mengungkapkan kenangan kepada Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Bali, pada tahun 1963.

Dalam puisi itu disebut nama-nama Sitor Situmorang, Cheung, Pramoedya Ananta Toer, dan Joebair. Lekra memaksa Dodong Djiwapraja agar menarik puisinya yang telah dimuat dalam majalah Sastra.

Honor yang sudah diterima Dodong harus dikembalikan dan puisinya yang belum dimuat yang masih berada di tangan redaksi diminta supaya tidak dimuat.

Akhirnya, Dodong Djiwapraja membuat surat terbuka yang dimuat dalam harian Rakyat Minggu, pada tanggal 23 Pebruari 1964 dan harian Bintang Timur, 24 Februari 1964 yang menyatakan keberatan Dodong terhadap pemuatan puisinya dalam majalah Sastra.

Dodong Djiwapraja juga pernah dipecat dari Badan Pusat Pembina Kebudayaan Jawa Barat bersama 13 orang lainnya berdasarkan SK Nusa Putra, pada tanggal 29 Oktober 1965.

Karyanya juga mengalami pencekalan berdasarkan SK Menteri P dan K, tanggal 30 November 1965. Dodong Djiwapraja selain sebagai penyair dikenal juga sebagai penerjemah.

Beberapa judul buku terjemahannya, antara lain adalah Rumah Tangga yang Bahagia karya Leo Tolstoy tahun 1976. Islam, Filsafat, dan Ilmu, terjemahan tahun 1984 yang diprakarsai oleh Unesco.

Baca Juga :  Apa Manfaat Hidup Rukun bagi Dirimu Jawaban Buku Siswa Kelas 5 Tema 9 Subtema 1 Halaman 33

Beberapa puisi penyair Inggris dan Prancis, seperti karya Saint-John Perse, W.H. Auden, dan Charles Madge, telah diterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia dan dimuat dalam majalah Siasat dan Budaya Jaya.

Penghargaan 

  • Dodong Djiwapraja pernah mendapatkan Hadiah Sastra Harian Rakyat pada tahun 1960 untuk puisinya yang berjudul “Tantangan” (Zaman Baru, No.3—4, 1961).
  • Pada tahun 2001 dengan kumpulan puisinya Kastalia (1997) Dodong memperoleh Penghargaan Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

 

Penutup

 

Itulah biodata Dodong Djiwapraja seorang Penyair asal Indonesia. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.

sumber : http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id

 

 

You May Also Like

About the Author: Afnan Rafiski