Biodata Nirwan Dewanto, Budayawan Indonesia

Biodata Nirwan Dewanto, Budayawan Indonesia

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Nirwan Dewanto seorang Budayawan Indonesia. Penasaran ingin tahu tentang biodata Nirwan Dewanto, simak penjelasannya berikut ini.

Nirwan Dewanto

Nirwan Dewanto adalah seorang budayawan yang juga dikenal sebagai kurator dan pengamat seni rupa, penyair, penulis esai, dan aktor yang berasal dari Indonesia.

Nirwan dilahirkan pada tanggal 28 September 1961, di Surabaya, Jawa Timur. Beliau dikenal karena perannya sebagai Albertus Soegijapranata dalam film biopik Soegija yang disutradarai Garin Nugroho pada tahun 2012.

Beliau adalah redaktur sastra untuk Koran Tempo selama 14 tahun sejak pertama media itu terbit pada tahun 2001. Media cetak ini menghentikan penerbitannya dengan edisi terakhir pada tanggal 31 Desember 2020, mengacu pada perubahan perilaku pembaca surat kabar serta meningkatnya jumlah pelanggan Koran Tempo versi digital.

Dua buku mutakhirnya, Buku Merah (2017) dan Buku Jingga (2018), adalah karya fiksi—bisa disebut sebagai puisi-prosa—yang mengolah secara “dekonstruktif” aneka karakter dan motif dari Ramayana dan Mahabharata—dua epik Jawa-Hindu.

Buku Jingga terpilih sebagai fiksi terbaik 2018 oleh majalah Tempo. Saat ini,Nirwan Dewanto aktif di Komunitas Salihara, yang didirikannya bersama jurnalis pendiri majalah mingguan Tempo dan sastrawan Goenawan Mohammad, jurnalis dan novelis Ayu Utami, musisi Tony Prabowo, dan lain-lain.

Pada saat masih duduk dibangku di SMA Nirwan Dewanto sudah menulis puisi. Karya-karyanya diterbitkan di majalah antara lain Kuncung dan Kartini.

Nirwan Dewanto kemudian melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung di Bandung, Jawa Barat, dari tahun 1980-1987, dan mulai dikenal sebagai aktivis mahasiswa pro-demokrasi yang memimpin Gerakan Apresiasi Sastra (GAS) ITB pada tahun 1984, sebelum komunitas tersebut dipimpin oleh Fadjroel Rahman (1985) dan Kurnia Effendi (1986).

Baca Juga :  Harga Emas Hari Ini Kamis 8 September 2022

Setelah meraih gelar Sarjana Geologi, lalu beliau pindah ke Jakarta. Nirwan Dewanto adalah alumni dari program residensi International Writing Program tahun 2007 di Universitas Iowa.

Pada tahun 1991 Nirwan Dewanto menjadi pembicara di Konferensi Budaya Nasional. Selanjutnya beliaulebih dikenal untuk banyak membicarakan soal budaya.

Nirwan Dewanto pernah menjadi satu redaktur majalah sastra Horison periode tahun 1990-an, saat susunan dewan redaksi diketuai oleh sastrawan Goenawan Mohamad.

Nirwan menjadi redaktur majalah Kalam saat diluncurkan pada bulan Februari 1994, bersama sastrawan Goenawan Mohamad.

Pada tahun 1996 Nirwan menerbitkan koleksi esai yang diberi judul Senjakala Kebudayaan. Dua dekade sejak dikemukakan, kelemahan Kebudayaan Indonesia: Pandangan 1991 dibongkar oleh Putri Karyani, blogger Kompasiana, yang menolak premis pascamodernis Nirwan mengenai posisi sains dalam kebudayaan.

Nirwan menduduki kursi dewan juri pada penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa pertama pada tahun 2001 yang memenangkan Sajak-sajak Lengkap,antara tahun 1961 hingga 2001, sebuah kumpulan puisi karya Goenawan Mohamad.

Nirwan menyatakan bahwa proses seleksi kurang baik, sampai-sampai dewan juri sering tidak memahami karya yang dinilai dan kadang-kadang menilai karya secara sembarangan.

Pada tahun yang sama, Nirwan menghasilkan karya antologi puisi Buku Cacing. Setelah tidak duduk di kursi dewan juri, Nirwan berhasil memenangkan Kusala Sastra Khatulistiwa pada tahun 2008 untuk antologi puisi Jantung Ratu Lebah

Penghargaan ini  termasuk honorarium senilai Rp 100 juta. Penulis cerita pendek Seno Gumira Ajidarma, seorang juri, menyatakan bahwa antologi tersebut merupakan karya monumental.

Pada tahun 2010, Nirwan Dewanto menghasilkan antologi puisi yang berjudul Buli-Buli Lima Kaki yang kembali memenangkan Kusala Sastra Khatulistiwa 2011 kategori puisi.

Pada tahun berikutnya beberapa karyanya ditampilkan bersama musik oleh Dian HP dan istri Nirwan, penyanyi Nya Ina Raseuki. Beliau juga membaca puisi pada kegiatan tersebut.

Baca Juga :  Biodata Nyi Ageng Serang

Pada tahun 2012, Nirwan Dewanto berperan sebagai Uskup Agung Semarang, Albertus Soegijapranata, dalam film biopik Soegija yang disutradarai Garin Nugroho.

Garin menyatakan bahwa dia pilih Nirwan sebab penyair itu mirip Soegijapranata secara fisik, biarpun Nirwan bukan orang Katolik.

Nirwan Dewanto menyatakan bahwa dia “dipaksa” untuk bermain film.Indah Setiawati, yang menulis dalam The Jakarta Post, menyatakan bahwa peran Nirwan cukup bagus, biarpun dia tampak merasa kurang nyaman memerankan perannya dalam beberapa adegan.

Buku

  • Kebudayaan Indonesia: Pandangan (1991)
  • Senjakala Kebudayaan (1996)
  • Buli-Buli Lima Kaki (2010)
  • Satu Setengah Mata-Mata (2016)
  • Buku Merah (2017)
  • Buku Jingga (2018)

Penutup

 

Itulah biodata Nirwan Dewanto seorang Budayawan Indonesia. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.

sumber : id.wikipedia.org

You May Also Like

About the Author: Afnan Rafiski