Table of Contents
Wacaberita.com – Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025: Perubahan Kurikulum Nasional dengan Landasan Psikopedagogis- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali melakukan langkah penting dalam reformasi pendidikan nasional. Melalui Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Permendikdasmen) Nomor 13 Tahun 2025, pemerintah resmi menetapkan perubahan atas Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 terkait kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), jenjang pendidikan dasar, serta pendidikan menengah.
Peraturan terbaru ini menegaskan pentingnya landasan psikopedagogis dalam pengembangan kurikulum. Dengan demikian, proses belajar peserta didik diarahkan agar lebih sesuai dengan kebutuhan perkembangan mereka, bukan sekadar berdasarkan target capaian akademik.
Latar Belakang Diterbitkannya Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025
Pendidikan di Indonesia terus mengalami dinamika seiring dengan perkembangan zaman, teknologi, serta kebutuhan masyarakat. Pemerintah menyadari bahwa pendekatan lama yang terlalu menekankan hafalan sudah tidak relevan dengan tuntutan era digital dan abad ke-21.
Oleh karena itu, kurikulum terbaru tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan, tetapi juga perkembangan psikologis, sosial, dan emosional peserta didik. Landasan psikopedagogis menjadi titik utama agar kurikulum tidak hanya mencetak generasi cerdas, tetapi juga generasi yang matang secara karakter, mampu beradaptasi, dan berpikir kritis.
Apa Itu Landasan Psikopedagogis dalam Kurikulum?
Landasan psikopedagogis adalah dasar filosofis yang menggabungkan teori psikologi perkembangan dengan teori pedagogi. Tujuannya untuk memastikan bahwa setiap pengalaman belajar yang dirancang dalam kurikulum benar-benar sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.
Beberapa poin utama dari landasan ini adalah:
- Peserta Didik sebagai Pelaku Aktif
Kurikulum menempatkan siswa bukan sekadar penerima informasi, tetapi sebagai subjek yang aktif dalam proses belajar. - Perkembangan Bertahap
Proses pembelajaran disesuaikan dengan usia, tahap perkembangan, serta kapasitas masing-masing peserta didik. - Belajar Bermakna
Materi pelajaran tidak hanya berorientasi pada hafalan, melainkan pada keterampilan berpikir, pemecahan masalah, dan relevansi dengan kehidupan sehari-hari. - Integrasi Sosial dan Emosional
Kurikulum menekankan pembentukan karakter, penguatan mental, serta kemampuan berinteraksi secara sehat dalam lingkungan sosial.
Implikasi Bagi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Bagi pendidikan anak usia dini, kurikulum berbasis psikopedagogis menekankan pada bermain sebagai sarana belajar. Anak-anak belajar melalui eksplorasi, interaksi sosial, dan pengalaman nyata, bukan dengan penekanan akademik yang terlalu dini.
Contoh penerapan:
- Aktivitas menggambar, bernyanyi, atau bermain peran untuk melatih kreativitas dan imajinasi.
- Permainan kelompok untuk mengasah keterampilan sosial dan kerjasama.
- Eksperimen sederhana untuk mengenalkan konsep sains tanpa tekanan kognitif yang berlebihan.
Dengan pendekatan ini, anak-anak dipersiapkan untuk memasuki jenjang pendidikan dasar dengan fondasi psikologis yang lebih matang.
Implikasi Bagi Pendidikan Dasar
Di jenjang pendidikan dasar, kurikulum menekankan keseimbangan antara pengetahuan dan pembentukan karakter. Guru dituntut untuk memahami psikologi perkembangan anak agar pembelajaran dapat berlangsung efektif.
Beberapa perubahan signifikan antara lain:
- Penilaian tidak hanya berbasis angka, tetapi juga observasi perkembangan sikap dan keterampilan.
- Metode pembelajaran lebih interaktif, seperti diskusi, proyek kelompok, dan praktik lapangan.
- Materi ajar dirancang agar relevan dengan dunia nyata, sehingga anak merasa bahwa apa yang mereka pelajari memiliki manfaat langsung.
Implikasi Bagi Pendidikan Menengah
Di tingkat menengah, peserta didik memasuki fase remaja yang penuh dinamika emosional dan pencarian jati diri. Oleh karena itu, kurikulum berbasis psikopedagogis memberikan ruang untuk:
- Penguatan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
- Pendidikan karakter dan literasi digital.
- Pembekalan keterampilan vokasi dan kewirausahaan.
Selain itu, pendekatan pembelajaran diarahkan pada student-centered learning, di mana guru lebih berperan sebagai fasilitator daripada sekadar pemberi materi.
Pandangan Para Pakar Pendidikan
Sejumlah pakar pendidikan menyambut positif hadirnya Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025.
Prof. Dr. Andini Rahma, pakar psikologi pendidikan dari Universitas Indonesia, menilai bahwa kebijakan ini menjadi tonggak penting dalam membangun sistem pendidikan yang lebih manusiawi.
“Selama ini pendidikan kita terlalu fokus pada angka dan ujian. Dengan landasan psikopedagogis, siswa akan lebih berkembang secara holistik. Mereka belajar bukan hanya untuk lulus ujian, tetapi juga untuk membangun kepribadian dan kemampuan hidup,” ujarnya.
Tantangan Implementasi di Lapangan
Meski aturan ini dinilai positif, implementasi di lapangan bukan tanpa tantangan. Beberapa kendala yang kemungkinan muncul antara lain:
- Kesiapan Guru
Tidak semua guru memiliki pemahaman mendalam tentang psikologi perkembangan anak. Dibutuhkan pelatihan intensif agar mereka mampu menerapkan pendekatan baru ini. - Fasilitas dan Infrastruktur
Penerapan pembelajaran berbasis pengalaman nyata membutuhkan ruang, sarana, serta media pembelajaran yang memadai. - Penilaian yang Objektif
Karena penilaian tidak lagi hanya berbasis angka, maka sistem evaluasi harus dirancang agar tetap objektif dan adil. - Perbedaan Daerah
Indonesia memiliki kondisi sosial dan budaya yang beragam. Penerapan kurikulum berbasis psikopedagogis perlu menyesuaikan dengan konteks lokal.
Respon Publik
Sejak diumumkannya Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025, beragam tanggapan muncul dari masyarakat. Sebagian besar orang tua menyambut baik, karena anak-anak mereka tidak lagi terbebani oleh hafalan berlebihan.
Namun, ada juga yang masih meragukan efektivitasnya, terutama di daerah yang masih kekurangan guru berkualitas atau sarana pendidikan.
Seorang wali murid di Jakarta, Rina, menyatakan:
“Saya senang anak-anak sekarang lebih bebas belajar sesuai minatnya. Tapi saya berharap guru benar-benar siap mendampingi, bukan hanya mengganti metode tanpa pemahaman mendalam.”
Harapan ke Depan
Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 diharapkan mampu menjadi langkah nyata dalam memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia. Dengan kurikulum yang berpijak pada landasan psikopedagogis, generasi muda Indonesia diharapkan tumbuh menjadi individu yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan global.
Pemerintah juga diminta konsisten dalam mendukung implementasi kebijakan ini melalui pelatihan guru, penyediaan sarana, dan monitoring berkelanjutan.
Kesimpulan
Perubahan kurikulum melalui Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 adalah upaya penting dalam mewujudkan pendidikan yang lebih relevan dengan kebutuhan zaman. Dengan menekankan landasan psikopedagogis, kurikulum ini memastikan bahwa peserta didik ditempatkan sebagai pusat pembelajaran, tumbuh sesuai dengan tahap perkembangannya, serta siap menghadapi kehidupan nyata.
Meskipun implementasi menghadapi berbagai tantangan, semangat reformasi pendidikan ini patut diapresiasi sebagai langkah menuju masa depan pendidikan Indonesia yang lebih baik.