Teks Khutbah Idul Fitri “Ramadhan Bulan Penuh Hikmah”

teks khutbah idul fitri

Teks Khutbah Idul Fitri “Ramadhan Bulan Penuh Hikmah” – Sobat Waca Berita, Ramadhan akan meninggalkan kita di tahun ini, dan lebaran atau Idul Fitri akan datang sebentar lagi. Jika kamu mencari teks khutbah idul fitri singkat, maka tim Waca berita telah menyiapkannya untuk Sobat semua.

Berikut teks khutbah idul fitri “Ramadhan Bulan Penuh Hikmah” yang disampaikan Ustadz Ahmad Zainuddin Al-Banjary Hafidzahullahu Ta’ala.

Teks Khutbah Idul Fitri tentang Ramadhan Bulan Penuh Hikmah

إنا الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نتوب اليه و نعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهد الله فلا مضل له و من يضلل فلا هادي له و أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده ورسوله

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُونَ

يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِى خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمٰلَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أما بعد فإن أصدق الحديث كتاب الله و خير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم و شرو العمور مهدثاتها و كل مهدثة بدعة و كل بدعة ضلاله و كل ضلالة في النار.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

أَيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

قال الله تعالى في القرآن الكريم : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wahai kaum muslimin,

Khatib mewasiatkan agar senantiasa selalu bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena hanya orang-orang yang bertakwa yang mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kalian diwajibkan atas mereka berpuasa, agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 183)

Kaum muslimin yang saya cintai karena Allah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu merahmati kita di dunia dan di akhirat.

Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan hikmah. Hikmah artinya adalah pelajaran yang sangat mendalam. Oleh karenanya tema khutbah pada kesempatan kali ini adalah Ramadhan bulan penuh hikmah.

Sekiranya apa hikmah yang kita bisa ambil dari Ramadhan?

Tugas kita hanya bertakwa

Hikmah yang pertama, Ramadhan memberikan pelajaran/hikmah kepada kita bahwasanya tugas kita di dunia sebagai manusia/hamba Allah/umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hanyalah bertakwa.

Yaitu dua pekerjaannya.

فعل المأمور وترك المحظور

“Mengerjakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang.”

Oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan isyarat akan hal ini, di dalam surat Al-Baqarah ayat pertama tentang puasa, yaitu Al-Baqarah ayat 183:

Baca Juga :  Biodata Abel Tasman Penemu Pulau Tasmania

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٨٣﴾

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kalian diwajibkan atas mereka berpuasa, agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 183)

Kemudian di akhir ayat tentang puasa, Al-Baqarah ayat 187, Allah menutupnya dengan takwa juga.

كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّـهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

“Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tanda-tandanya untuk manusia agar dengan puasa tersebut mereka bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 187)

Bagaimana kita bisa ambil pelajaran? Salah satu pelajaran puasa adalah bahwa tugas utama manusia untuk bertakwa. Yaitu dengan berpuasa kita bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus, puasa yang sangat rendah, anak kelas 2, 3, 4 SD pun bisa. Tetapi berpuasa yang sebenar-benar puasa adalah puasa yang meninggalkan perkataan sia-sia, perbuatan sia-sia, perkataan keji/kotor, perbuatan dusta.

Al-Hasan Al-Bashri, ulama Islam abad ke-2 hijriyah, yang merupakan murid dari Anas bin Malik sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau mengatakan ketika mendefinisikan orang-orang yang bertakwa. Orang-orang yang bertakwa adalah:

أدَّوْا ما افترض عليهم

“Orang-orang yang mengerjakan apa yang diwajibkan atas mereka.”

وتركوا ما حرم الله عليهم

“Dan orang-orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Dari puasa kita bisa ambil itu. Puasa kita bukan hanya sekedar menahan lapar dari mulai terbit fajar subuh sampai terbenam matahari, tetapi menahan dusta. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan yang mengkonsekuensikan kepada kedustaan, maka Allah tidak memerlukan dia berpuasa meninggalkan makan minumnya/puasanya tidak bermanfaat/puasanya hanya mendapatkan lapar dan haus.” (HR. Imam Bukhari)

Teks Khutbah Idul Fitri

Ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Hikmah yang kedua dari Ramadhan yang penuh dengan berkah, puasa mengajarkan kita salah satu cara beribadah adalah beribadah yang ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mari perhatikan hadits riwayat Bukhari berikut, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى

“Setiap amalan anak Adam (shalat, baca Qur’an, sedekah, haji, umrah, bakti orang tua) pahalanya diketahui, yaitu 1 amal kebaikan dilipatkan menjadi 10 sehingga mendapatkan 10 hasanah, kemudian dilipatkan lagi menjadi 700. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Kecuali puasa, puasa itu milikKu, dan Aku yang akan mengganjarnya.’” (HR. Bukhari)

Di sini kita ambil pelajaran bahwa pahala puasa tanpa batas. Kenapa demikian? Karena ternyata di dalam puasa terdapat keikhlasan. Tidak ada di antara kita, samping kanan kiri kita, ada yang tahu kita puasa atau tidak. Makanya Imam Ahmad Rahimahullahu Ta’ala pernah berkata:

الصيام لا يدخله الرياء

“Puasa, tidak dimasuki oleh riya’.”

Orang tidak bisa riya’ dengan puasanya, tidak bisa shalat seperti shalat yang dimasukin riya’, bacaannya diperbagus, badannya miring-miring sambil nangis-nangis, berpura-pura menangis, bersedekah memperlihatkan amalnya. Sedangkan puasa tidak bisa dimasuki riya’. Karena tidak ada yang tahu puasa kecuali Allah.

Imam Al-Qurthubi, ulama Islam abad ke-7 Hijriyah mengatakan:

لما كانت الأعمال يدخلها الرياء

“Ketika amalan-amalan bisa dimasuki riya’ (karena dilihat orang, ingin dipuji, ingin disanjung, ingin diberikan hadiah).

Baca Juga :  Biodata Mikhail Gorbachev, Tokoh yang Mengakhiri Perang Dingin dan Komunisme di Uni Soviet

والصوم لا يطلع عليه بمجرد فعله إلا الله فأضافه الله إلى نفسه ولهذا قال في الحديث : (يدع شهوته من أجلي) .

“sedangkan puasa tidak dapat dilihat dengan hanya melakukannya, kecuali Allah, maka Allah gandengkan puasa itu kepada diri-Nya, oleh sebab inilah Allah berfirman di dalam hadits: ‘Ia meninggalkan syahwatnya karena Aku.’”

Ibnul Jauzy Rahimahullahu Ta’ala, ulama Islam abad ke-6 Hijriyah, beliau mengatakan:

جميع العبادات تظهر بفعلها وقلّ أن يسلم ما يظهر من شوبٍ ( يعني قد يخالطه شيء من الرياء ) بخلاف الصوم

“Seluruh ibadah terlihat saat kita melakukannya dan sedikit yang selamat yang terlihat dari duri (yaitu terkadang dicampuri oleh sesuatu dari riya’) berbeda dengan puasa.”

Maka puasa memberikan pelajaran kepada kita hendaknya seseorang ketika beramal, dirinya ikhlas. Konsep ikhlas adalah semakin tersembunyi semakin ikhlas. Maka usahakan Anda memiliki amal yang tidak pernah diketahui kecuali oleh Allah, bahkan istri dan anak Anda tidak mengetahuinya.

Disebutkan Daud bin Abu Hind, beliau puasa selama 40 tahun, istrinya tidak tahu kalau dia berpuasa. Bayangkan, istrinya tidak tahu kalau dia berpuasa. Semakin rahasia, semakin ikhlas, itu konsep ikhlas, tidak bisa dibantah. Semakin tersembunyi, semakin ikhlas.

Bagaimana Daud bin Abu Hind, seorang ulama tabi’ut tabi’in yang bertemu dengan Sufyan bin Masruq Ats-Tsauri berpuasa selama 40 tahun tidak diketahui oleh istrinya? Beliau adalah seorang tukang roti, membawa di pagi hari keluar dari rumahnya. Istrinya mengira dia makan di pasar, ternyata rotinya tersebut dia berikan kepada orang miskin, kemudian dia berpuasa. Dia lakukan itu selama 40 tahun.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ خَبِئٌ مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ

“Siapa di antara kalian yang sanggup untuk mempunyai amalan shalih yang tersembunyi, maka lakukanlah.” (Al-Hadits, as-shahihah no 2313).

Ini pelajaran dari Ramadhan yang penuh dengan hikmah.

Mendidik agar bersyukur

Yang ketiga, Ramadhan penuh dengan hikmah, memberikan pelajaran kepada kita agar senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena dengan lapar, akhirnya kita tahu bagaimana enaknya makan. Karena orang bisa bersyukur saat mengenai nikmat dan Allah di dalam ayat puasa telah memberikan isyarat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّـهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Hendaknya kalian menyempurnakan bilangan puasa dan bertakbir agar kalian bersyukur.” (QS. Al-Baqarah[2]: 185)

Puasa Ramadhan hikmahnya adalah mendidik kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semakin bersyukur, maka semakin ditambah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mendidik agar bersabar

Yang keempat, hikmah dari bulan Ramadhan adalah mendidik kita agar bersabar saat mendapatkan musibah yang kurang nyaman, yang buruk menurut kita. Saat lapar, saat haus, bersabarlah. Makanya pahala tanpa batas, karena di dalam puasa terdapat tiga kesabaran; sabar saat mengerjakan ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar menghadapi takdir yang buruk berupa lapar dan haus.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya Allah hanya memberikan pahala tanpa batas kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Az-Zumar[39]: 10)

Yang dinilai adalah akhirnya

Terakhir, saudara-saudariku yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Pelajaran yang sangat berharga, hikmah yang sagat mendalam dari bulan Ramadhan adalah bahwa ibadah tidak akan pernah bisa kita tegakkan kecuali dengan meminta pertolongan kepada Allah. Ibadah harus sampai akhir. Itulah kenapa Lailatul Qadar bukan di awal malam pertama bulan Ramadhan, tapi Lailatul Qadar adalah di akhirnya. Maka ini pelajaran bagi kita bahwasanya yang menjadi ukuran hidup kita adalah akhir Anda mati dalam apa? Apakah mati di dalam amal shalih, ataukah mati di dalam amal buruk?

Baca Juga :  Resep dan Cara Membuat Pesmol Ikan Kembung

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya amalan tergantung pada akhirnya.”

Maka perhatikan kebiasaan-kebiasaan rahasia kita, jangan sampai kita mati di atas kebiasaan-kebiasaan buruk kita. Hati-hati, jangan-jangan seseorang mati di atas kebiasaan buruk dan seseorang diukur dari amalan akhirnya.

Seandainya ada orang yang beriman dari mulai dia baligh sampai umur 59 tahun, umur 60 dia murtad, maka yang menjadi ukuran adalah murtadnya, bukan Islamnya selama 59 tahun. Seandainya bulan Ramadhan tadi dari malam pertama sampai hari yang ke-29 dia ahli ibadah, tapi malam yang ke-30 dia ahli maksiat, maka yang menjadi ukuran adalah ahli maksiatnya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ فِيْمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَيَعْمَلُ فِيْمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِخَوَاتِيْمِهَا.

“Sesungguhnya ada seorang hamba yang beramal dengan amalan ahli surga menurut apa yang tampak di hadapan manusia, (namun) sebenarnya dia adalah penghuni Neraka. Ada seorang hamba beramal dengan amalan ahli neraka menurut apa yang tampak di hadapan manusia, (namun) sebenarnya dia adalah penghuni Surga. Sesungguhnya amal-amal itu tergantung daripada akhirnya.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad)

Perhatikan, takuti mati dalam su’ul khatimah.

Kepada para muslimah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika khutbah Ied, beliau selalu mengingatkan kepada para muslimah, sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari, beliau mengatakan:

يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ ، فَإِنِّى رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ

“Wahai muslimah, bersedekahlah. Sesungguhnya aku melihat kalian penghuni neraka yang paling banyak.”

Apa sebabnya?

تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ

“Sering melaknat pemberian suami dan sering tidak berterima kasih dengan pemberian suami.”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الِاسْتِغْفَارَ

“Wahai para perempuan, bersedekahah dan perbanyaklah istighfar.” (HR. Muslim)

أقول ما تسمعون وأستغفر الله لي ولكم من كل ذنب، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنِ الصَّحَابَةِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ

ربنا اغفر لنا ولوالدينا وارحمهم كما ربونا صغار

رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللهم وفق ولي أمرنا لما تحب وترضى ومن العمل بكتابك واتباع سنتك

Ya Allah, berikan petunjuk kepada seluruh pemimpin negeri ini untuk senantiasa menegakkan hukum Al-Qur’an, menegakkan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

اللهم ولي علينا خيارنا ولا تولي علينا شرارنا

Ya Allah, berikan kami pemimpin yang paling shalih di antara kami. Dan jauhkan kami dari pemimpin yang paling terburuk/ahli maksiat dari kami.

عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

والله يعلم ما تصنعون

Teks Khutbah Idul Fitri tentang Ramadhan Bulan Penuh Hikmah

Sobat Waca Berita, demikian khutbah idul fitri singkat tentang Ramadhan Bulan Penuh Hikmah, semoga bermanfaat.

You May Also Like

About the Author: Afnan Rafiski