Siti Latifah Herawati Diah

Biodata Siti Latifah Herawati Diah

Biodata Siti Latifah Herawati Diah

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Siti Latifah Herawati Diah. Penasaran ingin tahu tentang biodata Siti Latifah Herawati Diah, simak penjelasannya berikut ini.

Siti Latifah Herawati Diah

Siti Latifah Herawati Diah adalah jurnalis perempuan pertama di Indonesia. Herawati Diah lahir pada tanggal 3 April 1917 di Tanjung Pandan Belitung, dan meninggal pada tanggal 30 September 2016 di Jakarta.

Siti Latifah Herawati Diah adalah anak ketiga dari antara empat bersaudara pasangan Raden Latip, seorang dokter yang bekerja di Billiton Maatschappij (lulusan sekolah dokter Stovia tahun 1908, membuka praktek di pulau tetangga, sebagai ahli medis sebuah perusahaan tambang timah Belanda) dan Siti Alimah binti Djojodikromo.

Beliau berkesempatan mengecap pendidikan tinggi. Lepas dari Europeesche Lagere School (ELS) di Salemba, Jakarta, ia bersekolah ke Jepang di American High School di Tokyo.

Setelah itu, atas dorongan ibunya, Herawati berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar sosiologi di Barnard College yang berafiliasi dengan Universitas Columbia, New York dan lulus pada tahun 1941, dia menjadi wanita pertama Indonesia yang berhasil meraih gelar sarjana dari luar negeri.

Siti Latifah Herawati Diah juga pernah belajar ilmu sosiologi di di Barnard College,  Universitas Columbia, New York. Pada musim panas, dia belajar jurnalistik di Universitas Berkeley, California.

Kemudian pada 1942, ia pulang ke Indonesia dan menjadi wartawan lepas di kantor berita United Press International (UPI). Kemudian, ia bergabung sebagai penyiar radio di Radio Hoso Kyoku.

Siti Latifah Herawati Diah kemudian menikah dengan Menteri Penerangan era Soeharto, Burhanuddin Mohammad Diah (B.M. Diah) yang kala itu bekerja di Koran Asia Raya.

Baca Juga :  Cara Menanam Manggis Agar Subur dan Cepat Berbuah

Pada tanggal 1 Oktober 1945, B.M. Diah mendirikan Harian Merdeka. Siti Latifah Herawati Diah juga terlibat dalam pengembangan harian tersebut.

Keduanya juga mendirikan koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia, The Indonesian Observer pada tahun 1955. Koran itu diterbitkan dan dibagikan pertama kali dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, tahun 1955.

The Indonesian Observer bertahan hingga tahun 2001, sedangkan koran Merdeka berganti tangan pada akhir tahun 1999.

Kiprahnya bukan hanya aktif di dunia pers, Herawati juga aktif di sejumlah organisasi seperti Yayasan Bina Carita Indonesia, Hasta Dasa Guna, Women’s International Club, Gerakan Pemberdayaan Swara Perempuan, Lingkar Budaya Indonesia, Yayasan Bina Carita Indonesia.

Sederet penghargaan juga telah diraihnya, termasuk “Lifetime Achievement” atau “Prestasi Sepanjang Hayat” dari PWI Pusat.

Semangatnya di usianya yang sudah senja, Herawati masih aktif menekuni hobinya bermain bridge dua kali seminggu.

Selain itu beliau masih mengikuti turnamen bridge. Siti Latifah Herawati Diah mengatakan, dengan bermain bridge, kemampuan otak akan terus terasah dan mencegah kepikunan.

Wafat

Siti Latifah Herawati Diah meninggal dunia pada usia 99 tahun di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, Jumat pada tanggal 30 September 2016 pada pukul 04.20. WIB.

Wartawan senior sekaligus pejuang pers nasional, Siti Latifah Herawati Diah, dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Jumat pada tangal 30 September 2016.

Penutup

Itulah biodata Siti Latifah Herawati Diah. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.

sumber : www.biografiku.com dan biografi-tokoh-ternama.blogspot.com