Motinggo Boesje

Biodata Motinggo Boesje, Sastrawan Indonesia

Biodata Motinggo Boesje, Sastrawan Indonesia

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Motinggo Boesje seorang Sastrawan Indonesia. Penasaran ingin tahu tentang biodata Motinggo Boesje, simak penjelasannya berikut ini.

Motinggo Boesje

Bustami Djalid Itulah nama asli yang diberikan Djalid Sutan dan Rabi’ah kepada Motinggo Boesje. Motinggo Boesje sebenarnya bukan nama asli, tetapi justru nama itulah yang lebih dikenal daripada nama aslinya.

Motinggo Boesje lahir pada tanggal 21 November 1937 di Kupangkota, Bandar Lampung. Motinggo lahir dari pasangan Djalid Sutan Raja Alam dan Rabiah Jakub yang berasal dari Minangkabau.

Ibunya berasal dari Matur dan ayahnya berasal dari Sicincin, Padang Pariaman. Setelah menikah, mereka berdua pergi merantau ke Kota Bandar Lampung.

Di sana ayahnya bekerja sebagai pegawai Koninklijke Paketvaart Maatschappij di Kupang Kota, sedangkan ibunya mengajar ilmu agama dan bahasa Arab.

Pada waktu usianya mendekati 12 tahun, kedua orang tuanya meninggal dunia. Sepeninggal orang tuanya, Motinggo diasuh neneknya di Bukittinggi hingga beliau menamatkan SLA-C.

Motinggo adalah nama pena yang diambil dari bahasa Minangkabau, mantiko. Kata tersebut memiliki makna bersifat bengal, eksentrik, suka menggaduh, kocak, dan tak tahu malu.

Tetapi mantiko dalam diri Motinggo bukanlah berkonotasi negatif, maka ia menambahkan kata bungo (bunga) di belakang nama samarannya itu, sehingga lengkap tertulis Mantiko Bungo (MB).

Dari inisial MB inilah akhirnya berkembang nama Motinggo Boesje. Selain nama pena dan nama pemberian orang tua, beliau juga memilki nama gelar adat Minangkabau yaitu Saidi Maharajo.

Setelah tamat SMA di Bukittinggi, Motinggo melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tetapi tidak selesai.

Tahun 1952 ia mengisi acara sandiwara radio RRI studio Bukittinggi. Ia sempat menjadi redaktur kepala Penerbitan Nusantara (1961-1964) dan Ketua II Koperasi Seniman Indonesia.

Baca Juga :  Khutbah Jumat Singkat: Takdir Allah Yang Terbaik

Motinggo Boesje mengawali karirnya dalam dunia tulis-menulis dimulai ketika Tomoyuki Yamashita datang ke rumahnya memberi mesin ketik.

Mesin itu akhirnya menjadi sahabatnya untuk mencurahkan ide-idenya. Semenjak tekun membaca buku-buku sastra Balai Pustaka, minatnya tumbuh untuk terjun ke dalam dunia sastra.

Dramanya, Malam Jahanam (1958), mendapat hadiah pertama sayembara penulisan drama dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bagian kesenian pada tahun 1958. Kemudian, cerpennya, “Nasihat Buat Anakku“, mendapat hadiah majalah Sastra pada tahun 1962.

Motinggo Boesje memasuki dunia film sejak tahun 1960 ketika ceritanya, “Si Pendek dan Sri Panggung” difilmkan sutradara Alam Suawidjaja dan dia menjadi pembantunya.

Selain terlibat dalam dunia sastra, drama, dan film, ia juga menyukai seni lukis. Motinggo Boesje belajar melukis bersama Delsy Syamsumar pada Wakidi.

Ia turut mendirikan Himpunan Seniman Muda Indonesia Sumatra Utara dan menjadi pemimpin majalah kebudayaan organisasi itu. Lalu, pada tahun 1954 sebuah pameran lukisan di Padang menampilkan 15 lukisan karyanya.

Motinggo Boesje menikah dengan Lashmi Bachtiar, pada tanggal 26 Juli 1962 di Yogyakarta. Pasangan ini dikaruniai enam orang anak, empat laki-laki (Ito, Rio, Soni, dan Raf) dan dua perempuan (Vera dan Gina).

Novelnya, Bibi Marsiti (1964) yang menjadi titik awal peralihannya ke penulisan yang lebih populer, mendapat serangan dari Lekra.

Ketika berceramah tentang karyanya di TIM pada tahun 1969 Motinggo Boesje mendapat kritik tajam dari kalangan sastra.

Novel-novelnya banyak yang difilmkan, di antaranya yaitu Di Balik Pintu Dosa (1970), Tiada Maaf Bagimu (1971), dan Insan Kesepian (1971).

Sepanjang hidupnya Motinggo telah menulis lebih dari 200 karya yang sampai saat ini masih tersimpan di Perpustakaan Kongres di Washington, D. C.

Baca Juga :  Biodata Kurniawan Junaedhie, Sastrawan Indonesia

Tak hanya itu, Di taman kota Seoul, Korea Selatan, namanya terpahat di antara 1.000 sastrawan dunia. Karya-karyanya banyak diterjemahkan ke bahasa asing, antara lain bahasa Ceko, Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Korea, Jepang, dan Mandarin.

Motinggo Boesje meninggal dunia pada tanggal 18 Juni 1999 pada usia 61 tahun.

Karya-karya Motinggo Busye sangat banyak, berikut ini beberapa di antaranya

karya tulis

  • Malam Jahanam (1961).
  • Tidak Menyerah (1963).
  • Hari Ini Tak Ada Cinta (1963).
  • Perempuan Itu Bernama Barabah (1963).
  • Dosa Kita Semua (1963).
  • Tiada Belas Kasihan (1963).
  • Sejuta Matahari (1963).
  • Penerobosan di Bawah Laut (1964).
  • Titian Dosa di Atasnya (1964).
  • Cross Mama (1966).
  • Tante Maryati (1967).
  • Sri Ayati (1968).

Drama

  • Malam Jahanam (1961).
  • Badai Sampai Sore (1962).
  • Nyonya dan Nyonya (1963).
  • Malam Pengantin di Bukit Kera (1963).

Legenda

  • Buang Tonjam (1963).
  • Ahim-Ha (1963).
  • Batu Serampok (1963)

Film

  •  Biarkan Musim Berganti (1971)
  • Cintaku Jauh di Pulau (1972)
  •  Takkan Kulepaskan (1973)

Penutup

Itulah biodata Motinggo Boesje seorang Sastrawan Indonesia. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.

Sumber : id.wikipedia.org