Nugroho Notosusanto

Biodata Nugroho Notosusanto, Sastrawan Indonesia

Biodata Nugroho Notosusanto, Sastrawan Indonesia

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Nugroho Notosusanto seorang Sastrawan Indonesia. Penasaran ingin tahu tentang biodata Nugroho Notosusanto, simak penjelasannya berikut ini.

Nugroho Notosusanto

Brigjen TNI (Purn.) Prof. Dr. Raden Panji Nugroho Notosusanto adalah seorang penulis cerpen asal Indonesia yang menjadi sejarawan militer, selain itu beliau menjabat sebagai guru besar sejarah di Universitas Indonesia.

Nugroho Notosusanto lahir di di Rembang, pada tanggal 15 Juni 193. Beliau merupakan anak sulung dari 3 bersaudara.

Ayahnya bernama Prof. Mr. R.P. Notosusanto yang merupakan seorang guru besar di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

Sedangkan, kakak Nugroho adalah seorang pensiunan Patih Rembang dan kakak tertua ayah beliau merupakan pensiunan Bupati Rembang.

Nugroho Notosusanto menikah dengan Irma Savitri Ramelan yang dinikahinya pada tanggal 12 Desember 1960. Dari pernikahan tersebut Nugroho mempunyai tiga orang anak, yaitu Indrya Smita, Inggita Sukma, dan Norottama.

Kemampuan menulis yang dimiliki Nugroho memang sudah terlihat sewaktu masih kecil. Beliau senang bila mengarang cerita bersama Budi Darma.

Cerita Nugroho selalu tentang perjuangan dan benar-benar menunjukkan semangat nasionalismenya. Menurut ayahnya, Nugroho mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi.

Sebagai seorang sastrawan, pada awalnya Nugroho menghasilkan sajak dan sebagian besar pernah dimuat di harian Kompas hingga kemudian beliau lebih berfokus ke penulisan cerpen dan esai.

Nugroho Notosusanto mengenyam pendidikannya di Sekolah Rakyat Jakarta dan tamat pada tahun 1944. Lalu, beliau melanjutkan studinya ke salah satu SMP di Pati dan lulus pada tahun 1947.

Kemudian, pada tahun 1951, Nugroho berhasil menyelesaikan pendidikan SMA di Yogyakarta. Pada tahun 1959 beliau tamat studi dari jurusan sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Selanjutnya Nugroho memperdalam ilmu metode sejarah dan filsafat sejarah di Universitas London antara tahun 1960 hingga tahun 1961.

Baca Juga :  Contoh Doa Malam Tasyakuran HUT RI ke 77 Tahun 2022

Nugroho Notosusanto mendapatkan Gelar doktor dalam Ilmu-Ilmu Sastra Bidang Sejarah pada tahun 1977, dengan tesis berjudul The Peta Army During the Japanese Occupation of Indonesia.

Pada tahun 1979 Nugroho dikukuhkan sebagai guru besar Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Selama menjadi mahasiswa Nugroho sangat aktif di organisasi kampus.

Beliau pernah menjabat Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia antara tahun 1952 hingga tahun 1953, Ketua Gerakan Mahasiswa Jakarta antara tahun 1955 hingga 1956.

Selain itu, beliau pernah menjabat sebagai Ketua Serikat Pers Mahasiswa Indonesia pada tahun 1955 hingga tahun 1958, dan juga pernah menjadi Ketua Badan Kerja Sama Kesenian Mahasiswa Indonesia pada tahun 1958.

Nugroho juga pernah berkarir di pemerintahan bahkan beliau pernah menjadi seorang tentara. Dalam bidang kemiliteran, Nugroho Notosusanto pernah menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Pelajar Brigade 17 (TKR) di Yogyakarta dari tahun 1945 hingga 1960.

Beliau juga pernah mengajar di Lemhanas dan Sesko ABRI tahun 1964. Pada tahun 1971 beliau menjadi Wakil Ketua Harian Badan Pembina Pahlawan Pusat dan di tahun 1974 menjadi anggota Dewan Pers.

Kemudian pada tahun 1975 Nugroho Notosusanto pernah mengajar di Sekolah Staf Dinas Luar Negeri, Departemen Luar Negeri RI

Pada tanggal 19 Maret 1983, Beliau dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam Kabinet Pembangunan IV era Presiden Soeharto.

Selamat menjabat sebagai menteri, beliau pernah mengubah kurikulum, menghapus jurusan di SMA, dan menerapkan sistem seleksi penerimaan mahasiswa baru (Sipenmaru).

Nugroho Notosusanto menjadi satu-satunya menteri yang mengeluarkan Surat Keputusan tentang tata laksana upacara resmi dan tata busana perguruan tinggi.

Baca Juga :  Mengenal Jenis Jeruk Manis di Indonesia

Beberapa karya Nugroho Notosusanto berhasil termuat di kompas. Di samping sebagai sastrawan dan pengarang, beliau juga aktif menulis buku-buku ilmiah dan makalah dalam berbagai bidang ilmu, dan terjemahannya yang diterbitkan sudah berjumlah 21 judul.

Buku-buku tersebut sebagian besar merupakan lintasan sejarah dan kisah perjuangannya selama berkarir di militer. Nugroho juga aktif dalam berbagai pertemuan ilmiah baik di dalam maupun luar negeri.

Dalam kurun waktu 17 tahun dari tahun 1959 hingga tahun 1976 tercatat empat kali pertemuan ilmiah internasional yang dihadiri Nugroho Notosusanto.

Salah satu karya cerpen Nugroho Notosusanto yang terkenal berjudul “Mbah Danu“. Beliau juga pernah menerbitkan buku berjudul Tiga Kota berisi sembilan cerita pendek tahun 1953 hingga tahun 1954.

Judul Tiga Kota ini diambil dari setting cerita yang terjadi di tiga kota yakni Rembang, Yogyakarta, dan Jakarta. Kota-kota tersebut paling banyak memberinya inspirasi untuk bisa melahirkan sebuah cerita.

Beliau pernah membuat makalah yang berjudul “Soal Periodesasi dalam Sastra Indonesia“. Dalam makalah tersebut, dijelaskan bahwa setelah tahun 1950 ada periode kesusastraan baru yang tidak dapat lagi dimasukkan ke dalam periodisasi sebelumnya.

Menurut Nugroho juga, pengarang yang mulai aktif menulis pada periode tahun 1950-an adalah mereka yang mempunyai tradisi Indonesia sebagai titik tolaknya, serta memiliki pandangan yang luas ke seluruh dunia.

Nugroho juga pernah menulis skenario untuk film Pengkhianatan G 30 S/PKI yang memuat versi resmi Orde Baru mengenai tragedi tersebut.

Film ini selanjutnya dijadikan tontonan wajib untuk pelajar di seluruh Indonesia, dan diputar sebagai acara rutin setiap tahun di TVRI pada malam tanggal 30 September dan berlangsung hingga tahun 1997.

Baca Juga :  Biodata Nunuk Nuraini Penemu Peracik Rasa Indomie

Pada tahun 1981, beliau pernah menulis buku Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara. Tulisan tersebut menjadi salah satu yang paling kontroversial.

Buku ini menimbulkan polemik di berbagai media massa. Bahkan tidak sedikit yang mengecam buku tersebut karena dianggap sebagai pamflet politik.

Atas jasa-jasa beliau terhadap bangsa Indonesia, Nugroho Notosusanto mendapatkan beberapa penghargaan seperti Bintang Dharma, Bintang Gerilya, Bintang Yudha Dharma Nararya, dan Satyalancana Penegak.

Nugroho Notosusanto meninggal dunia pada hari Senin, 3 Juni 1985 pukul 12.30, di rumah kediamannya karena serangan pendarahan otak akibat tekanan darah tinggi.

Beliau merupakan menteri keempat di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada masa Orde Baru yang meninggal dunia dalam masa tugasnya.  Ia kemudian dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

 

Penutup

Itulah biodata Nugroho Notosusanto seorang Sastrawan Indonesia. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.