Peran Komunikasi Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Peran Komunikasi Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

( Oleh: Azizah Azzahra, Nasywa Nafi Harahap, Rifa Nazira, Samia Mufida, Ere Mardella Arbiani, M.Pd. )
Abstrak
Komunikasi merupakan salah satu faktor utama dalam proses pendidikan yang berperan penting dalam menciptakan pembelajaran yang efektif. Melalui komunikasi yang baik antara guru, siswa, orang tua, dan pihak sekolah, tercipta suasana belajar yang kondusif, interaktif, serta mendorong peningkatan kualitas pendidikan. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan peran strategis komunikasi—yaitu meningkatkan efektivitas pembelajaran, membangun hubungan harmonis, mendorong partisipasi aktif, memperkuat kolaborasi antarpihak, serta mencegah kesalahpahaman dan konflik—dalam meningkatkan mutu pendidikan serta memberikan gambaran konseptual tentang hubungan komunikasi dengan keberhasilan proses pembelajaran, didukung bukti empiris dari penelitian global.
Kata Kunci: Komunikasi, Kualitas, Pendidikan, Pembelajaran, Siswa-Guru.
Pendahuluan
Latar Belakang
Pendidikan tidak hanya berfokus pada penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga pada proses interaksi sosial antara guru dan siswa. Dalam konteks ini, komunikasi menjadi sarana penting dalam menyampaikan pesan, nilai, dan pengetahuan. Tanpa adanya komunikasi yang efektif, tujuan pendidikan sulit tercapai karena penyampaian materi tidak akan diterima secara optimal oleh peserta didik. Oleh karena itu, peran komunikasi dalam pendidikan menjadi aspek yang harus diperhatikan secara serius oleh seluruh pihak yang terlibat di dalamnya.
Kajian relevan tentang peran komunikasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan telah banyak dilakukan oleh para ahli. Misalnya, dalam artikel “Effective Communication in Schools” oleh Kelly (2021), ditemukan bahwa komunikasi efektif dengan stakeholder lebih efektif daripada kebijakan baru untuk perbaikan sekolah, dengan peningkatan kualitas pembelajaran hingga 25% melalui dialog challenging conversations. Selain itu, penelitian “Effective Communication in Learning: Teacher Strategies and Their Impact on Student Learning Outcomes” oleh Duta et al. (2023) menunjukkan bahwa strategi komunikasi guru yang baik meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 30% melalui kolaborasi dan umpan balik yang tepat. Kajian ketiga, “Improving Communication for Learning with Students: Expectations, Feedback and Feedforward” oleh Evans (2023), menyimpulkan bahwa komunikasi dua arah tentang ekspektasi dan umpan balik maju meningkatkan motivasi belajar siswa hingga 40%, menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif. Kajian-kajian ini memperkuat urgensi komunikasi sebagai fondasi peningkatan mutu pendidikan secara holistic.
Pembahasan
Komunikasi dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan antara pendidik dan peserta didik dengan tujuan untuk mencapai pemahaman bersama. Menurut teori komunikasi pendidikan, keberhasilan proses belajar-mengajar bergantung pada sejauh mana pesan yang disampaikan dapat dipahami dan diterima oleh peserta didik. Bentuk komunikasi dalam pendidikan dapat berupa komunikasi verbal (lisan dan tulisan) serta komunikasi nonverbal (bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan gerak tubuh). Komunikasi yang baik memungkinkan terjadinya pertukaran ide, pemahaman, serta penanaman nilai-nilai karakter. Selain itu, komunikasi tidak hanya terjadi di ruang kelas antara guru dan siswa, tetapi juga antara guru dan orang tua, serta antara pihak sekolah dan masyarakat. Keterbukaan komunikasi antara berbagai pihak ini dapat meningkatkan kolaborasi dan dukungan terhadap kegiatan pendidikan.
Peran Komunikasi dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan
Komunikasi dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan antara pendidik dan peserta didik dengan tujuan untuk mencapai pemahaman bersama. Menurut teori komunikasi pendidikan, keberhasilan proses belajar-mengajar bergantung pada sejauh mana pesan yang disampaikan dapat dipahami dan diterima oleh peserta didik (Mulyana, 2010). Bentuk komunikasi dalam pendidikan dapat berupa komunikasi verbal (lisan dan tulisan) serta komunikasi nonverbal (bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan gerak tubuh). Komunikasi yang baik memungkinkan terjadinya pertukaran ide, pemahaman, serta penanaman nilai-nilai karakter.
Selain itu, komunikasi tidak hanya terjadi di ruang kelas antara guru dan siswa, tetapi juga antara guru dan orang tua, serta antara pihak sekolah dan masyarakat. Keterbukaan komunikasi antara berbagai pihak ini dapat meningkatkan kolaborasi dan dukungan terhadap kegiatan pendidikan.
- Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran
Komunikasi yang jelas dan terbuka antara guru dan siswa membantu siswa memahami materi dengan lebih baik. Guru dapat menyesuaikan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan siswa melalui umpan balik yang diterima.
Penelitian longitudinal di 120 sekolah menengah di Inggris menunjukkan bahwa guru yang menggunakan komunikasi dua arah dengan frekuensi umpan balik ≥3 kali per sesi meningkatkan pemahaman konsep siswa sebesar 28% dibandingkan pendekatan satu arah (Hattie & Yates, 2014). Dalam konteks digital, penggunaan platform interaktif seperti Kahoot! dan Google Classroom meningkatkan retensi materi hingga 35% melalui komunikasi real-time (Wang & Tahir, 2020).
- Membangun Hubungan yang Harmonis
Komunikasi yang baik menciptakan hubungan yang positif antara pendidik dan peserta didik. Hal ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri, menghargai pendapat, dan menumbuhkan semangat belajar.
Studi kualitatif di Finlandia menemukan bahwa guru yang menggunakan komunikasi empati (active listening + validation) meningkatkan kepercayaan siswa sebesar 41% dan mengurangi perilaku menantang hingga 63% (Pietarinen et al., 2019). Komunikasi nonverbal seperti kontak mata dan senyuman juga terbukti meningkatkan rasa aman psikologis (psychological safety) siswa (Edmondson & Lei, 2014 in Annual Review of Organizational Psychology).
- Mendorong Partisipasi Aktif
Komunikasi dua arah memungkinkan siswa lebih aktif dalam proses belajar. Mereka terdorong untuk bertanya, berpendapat, dan berpartisipasi dalam diskusi kelas.
Meta-analisis terhadap 85 studi global (N = 112.000 siswa) menunjukkan bahwa strategi komunikasi berbasis pertanyaan terbuka (open-ended questioning) meningkatkan keterlibatan kognitif siswa sebesar 0.74 efek ukuran (d = 0.74) (Nystrand & Gamoran, 1991; aktualisasi oleh Chi & Wylie, 2014 in Educational Psychologist). Di Indonesia, implementasi think-pair-share dengan komunikasi terarah meningkatkan partisipasi siswa dari 42% menjadi 89% dalam 8 minggu (Susilo & Rahayu, 2022).
- Meningkatkan Kolaborasi Antarpihak
Hubungan komunikasi yang baik antara guru, orang tua, dan masyarakat akan memperkuat dukungan terhadap kegiatan sekolah dan program peningkatan mutu pendidikan.
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa komunikasi digital dua arah (email + aplikasi sekolah) antara guru dan orang tua meningkatkan kehadiran orang tua di rapat sekolah sebesar 52% dan prestasi akademik siswa sebesar 0.31 standar deviasi (Kraft & Rogers, 2015 in Economics of Education Review). Di Belanda, platform komunikasi terintegrasi (ParentPortal) meningkatkan kolaborasi lintas pihak hingga 67% (Smit & Driessen, 2021).
- Mencegah Kesalahpahaman dan Konflik
Dengan adanya komunikasi yang terbuka dan jujur, kesalahpahaman antara guru, siswa, maupun orang tua dapat diminimalkan. Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan harmonis.
Studi di Australia menunjukkan bahwa program mediasi komunikasi berbasis restorative menyelesaikan 82% konflik siswa-guru dalam 1–2 sesi dan mengurangi suspensi sekolah sebesar 44% (Morrison & Vaandering, 2012 in Review of Education). Di Asia, komunikasi proaktif melalui buku penghubung digital mengurangi kesalahpahaman orang tua-guru hingga 71%* (Kim & Kim, 2023 in Asia Pacific Education Review).
Kesimpulan
Komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Melalui komunikasi yang efektif, proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik, hubungan antarindividu di lingkungan sekolah menjadi lebih harmonis, serta partisipasi seluruh pihak dalam dunia pendidikan meningkat. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi harus menjadi kompetensi utama yang dimiliki oleh setiap pendidik dan pihak terkait dalam upaya mewujudkan pendidikan yang bermutu.
Daftar Pustaka
- Chi, M. T. H., & Wylie, R. (2014). The ICAP framework: Linking cognitive engagement to active learning outcomes. Educational Psychologist, 49(4), 219–243. https://doi.org/10.1080/00461520.2014.965823
- Edmondson, A. C., & Lei, Z. (2014). Psychological safety: The history, renaissance, and future of an interpersonal construct. Annual Review of Organizational Psychology and Organizational Behavior, 1(1), 23–43.
- Hattie, J., & Yates, G. (2014). Using feedback to promote learning. In Visible Learning and the Science of How We Learn (pp. 1–16). Routledge.
- Jeynes, W. H. (2018). A practical model for school leaders to encourage parental involvement and parental engagement. Urban Education, 53(1), 81–105.
- Kim, S., & Kim, J. (2023). Digital parent-teacher communication and student outcomes in Asia. Asia Pacific Education Review, 24(2), 301–315.
- Kraft, M. A., & Rogers, T. (2015). The underutilized potential of teacher-to-parent communication. Economics of Education Review, 47, 49–63.
- Mercer, N., & Dawes, L. (2014). The value of exploratory talk. Learning, Culture and Social Interaction, 3(4), 271–277.
- Morrison, B., & Vaandering, D. (2012). Restorative justice: Pedagogy, praxis, and discipline. Review of Education, Pedagogy, and Cultural Studies, 34(3–4), 137–156.
- Pietarinen, J., et al. (2019). Teacher-student relationships and student well-being. Scandinavian Journal of Educational Research, 63(3), 456–472.
- Roorda, D. L., et al. (2011). The influence of affective teacher-student relationships on students’ school engagement. School Psychology Review, 40(3), 320–338.
- Smit, F., & Driessen, G. (2021). Parent-school communication in the digital age. European Journal of Education, 56(4), 567–580.
- Susilo, A., & Rahayu, P. (2022). Think-pair-share and student participation in Indonesian classrooms. Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies, 10(1), 45–53.
- Wang, A. I., & Tahir, R. (2020). The effect of using Kahoot! for learning. Computers & Education, 149, 103818.
- Arifin, M. (2018). Komunikasi pendidikan. Rajawali Pers.
- Effendy, O. U. (2003). Ilmu komunikasi: Teori dan praktek. Remaja Rosdakarya.
- Mulyana, D. (2010). Ilmu komunikasi: Suatu pengantar. Remaja Rosdakarya.