Anak Agung Pandji Tisna

Biodata Anak Agung Pandji Tisna, Sastrawan dan Pujangga

Biodata Anak Agung Pandji Tisna, Sastrawan dan Pujangga

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Anak Agung Pandji Tisna seorang Sasatrawan Indonesia. Penasaran ingin tahu tentang biodata Anak Agung Pandji Tisna, simak penjelasannya berikut ini

Anak Agung Pandji Tisna

Anak Agung Pandji Tisna adalah seorang satrawan angkatan pujangga baru. Beliau lahir di Buleleng, pada tanggal 11 Februari 1908, dalam sumber lain disebutkan Anak Agung Pandji Tisnawafat pada tahun 1976.

Anak Agung Pandji Tisna atau  dikenal pula dengan nama A.A. Pandji Tisna, Anak Agung Nyoman Pandji Tisna atau I Gusti Nyoman Pandji Tisna, adalah keturunan ke-11 dari dinasti raja Buleleng di Bali Utara, Anglurah Pandji Sakti. Nama Anak Agung Pandji Tisna dipergunakan sejak tahun 1938, diubah dari nama I Gusti Njoman Pandji Tisna.

Ayah Pandji Tisna adalah  AA Putu Djelantik dengan istrinya Jero Mekele Rengga. Ia sendiri pernah mempunyai empat orang istri, yaitu Anak Agung Istri Manik, Ni Ketut Mayas (Jero Mekele Seroja), Luh Sayang (Mekele Sadpada), dan Jro Mekele Resmi. Memiliki 13 ana

Pada saat beliau lahir, Buleleng berada di bawah pemerintahan Belanda sejak tahun 1872. Meskipun ayahnya hanya diangkat sebagai administratur oleh Pemerintah Belanda, namun Anak Agung Putu Djelantik adalah pewaris tahta kerajaan.

Pandji Tisna lahir dalam budaya dan kepercayaan Hindu-Bali, serta tumbuh di istana kerajaan Singaraja, di mana ia mengalami dan menyaksikan sendiri kekayaan artistik istana.

Pandji Tisna belajar di sekolah menengah Belanda, mula-mula di Singaraja, selanjutnya melanjutkan ke Batavia (Jakarta).

Baca Juga :  Biodata Paul Ehrlich Penemu Kemoterapi

Sekolahnya tidak dilanjutkan, lalu beliau kembali ke Singaraja, bekerja membantu ayahnya sebagai sekretaris pribadi. Pada tahun 1929, Pandji Tisna dikirim ayahnya ke Lombok, sebuah pulau di dekat Bali, di mana ia tinggal di sana sampai tahun 1934, mengurus bisnis transportasi ayahnya.

Sekembalinya ke Singaraja, Pandji Tisna pindah ke desa kecil di luar kota Singaraja dan mengelola perkebunan kelapa serta usaha ekspor kopra. Tampaknya kehidupan pedesaan lebih disukainya daripada kehidupan istana.

Bahasa ibu Pandji Tisna adalah bahasa Bali. Beliau belajar bahasa Belanda saat bersekolah. Bahasa Melayu atau bahasa Indonesia adalah bahasa ketiga yang dipelajarinya di sekolah sebagai bahasa “asing” pada saat pandji Tisna berusia 12 tahun.

Meski kecintaanya terhadap adat dan tradisi Bali, Pandji Tisna banyak menggunakan bahasa Indonesia dalam penulisan karyanya.

Sejak tahun 1935, Pandji Tisna bertekad menjadi penulis yang menghasilkan novel dalam bahasa Indonesia, yakni Ni Rawit, Ceti Penjual Orang, dilanjutkan dengan Sukreni Gadis Bali, ”I Swasta: Setahun di Bedahulu”, dan ”Dewi KarunaSalah Satu Jalan Pengembara Dunia”.

Karya-karya Pandji Tisna yang menampilkan budaya dan tradisi Bali ini memberikan warna baru bagi kesusasteraan Indonesia pada masa itu yang lebih didominasi kesusasteraan Sumatera.

Pada tahun 1942, Jepang menyerang dan mengambil alih hampir semua bekas jajahan Belanda di Hindia, termasuk Bali.

Pada saat itu, Pandji Tisna hidup tenang di pedesaan Singaraja hingga tahun 1944, ketika ia ditangkap oleh militer Jepang karena dicurigai melakukan kegiatan anti-Jepang.

Pandji Tisna dibebaskan tidak lama kemudian, namun Jepang telah menghancurkan perpustakaannya yang memiliki banyak koleksi buku berbahasa asing.

Pada tahun 1945, menjelang takluknya Jepang ayah Pandji Tisna wafat. Sebagai putra sulung, ia mewarisi takhtanya dari ayahnya, Anak Agung Putu Djelantik, pemimpin Buleleng, wilayah di bagian utara Bali pada tahun 1944.

Baca Juga :  Unduh Logo HUT Kotawaringin Barat ke-63 Tahun 2022 PNG CDR

Di dalam buku karangannya sendiri yang berjudul I Made Widiadi, pada halaman terakhir disebutkan bahwa ia sejak semula tidak mau diangkat raja. Karena tentara pendudukan Jepang memerlukan, maka dengan dipaksa ia diangkat sebaga “syucho“.

Anak Agung Pandji Tisna mendapatkan pendidikan formalnya di HIS di Singaraja dan kemudian melanjutkan ke  MULO di Batavia.

Anak Agung Pandji Tisna lebih dikenal sebagai pengarang novel. Roman-romannya diterbitkan oleh Balai Pustaka, yang semuanya mengambil tempat di Bali, terutama di daerah Singaraja, tempat kelahirannya.

Cerita-cerita pendeknya banyak dimuat dalam majalah “Terang Boelan” yang terbit di Surabaya.

Pandji Tisna juga sempat menulis sejumlah puisi, di antaranya “Ni Poetri”, yang diterbitkan oleh Sutan Takdir Alisyahbana dalam majalah “Poedjangga Baroe” di Jakarta.

Selain dikenal sebagai pengarang novel, Pandji Tisna juga terkenal karena beliau merupakan tokoh perintis pariwisata Bali, khususnya di daerah pantai utara.

Pada tahun 1953 Pandji Tisna memilih lokasi Desa Tukad Cebol (kini Desa Kaliasem) sebagai tempat peristirahatannya.

Di situ Pandji Tisna menulis dan menerima tamu-tamunya dari dalam maupun luar negeri. Tempat peristirahannya itu dinamainya “Lovina”, yaitu singkatan dari kata “Love Indonesia”.

Pandji Tisna kemudian mendirikan tempat-tempat penginapan di pantai barat Buleleng tersebut, dan seluruh daerah itu kemudian dikenal sebagai pantai Lovina.

Karena itu Pandji Tisna juga diakui sebagai “Bapak Pariwisata Bali”. Pada tahun 2003, Pemerintah Daerah Bali menganugerahi kepadanya secara anumerta penghargaan “Karya Karana” sebagai pengakuan atas jasa-jasanya dalam pengembangan pariwisata Bali.

Karya tulis Anak Agung Pandji Tisna

  • I Made Widiadi (Kembali Kepada Tuhan) (1955)
  • I Swasta Setahun di Bedahulu (1938)
  • Sukreni Gadis Bali (1936) (pertama-tama terbit dalam bahasa Bali, kini sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa lain)
  • Bali Taruniyan Dedenekuge Kathawa“, edisi bahasa Sinhala terj. Dr. P. G. Punchihewa
  • The Rape of Sukreni“, edisi bahasa Inggris, terj. George Quinn
  • “Ni Rawit Ceti Penjual Orang” (1935)
  • Panglajar djadi tjoelik“, (1940) terjemahan bahasa Sunda oleh Soerjana
Baca Juga :  Bunga Melati Dalam Pot, Cara Menanam dan Merawatnya

Buku tentang Anak Agung Pandji Tisna dan karyanya

  • The Last King of Singaraja, Bali, oleh Prof. I Gusti Ngurah Gorda
  • Warna lokal Bali dalam novel Sukreni gadis Bali karya Anak Agung Pandji Tisna oleh Made Pasek Parwatha

Penutup

Itulah biodata Anak Agung Pandji Tisna seorang Sasatrawan Indonesia. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.

sumber : biografi-tokoh-ternama.blogspot.com