Biodata Amir Hamzah, Sastrawan Indonesia

Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah, Sastrawan Indonesia

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Amir Hamzah seorang Sastrawan Indonesia. Penasaran ingin tahu tentang biodata Amir Hamzah seorang Sastrawan Indonesia, simak penjelasannya berikut ini.

Amir Hamzah

Amir Hamzah adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang juga merupakan pejuang dan pahlawan nasional. Amir Hamzah dikenal sebagai Raja Penyair angkatan Pujangga Baru.

Tengkoe Amir Hamzah yang bernama lengkap Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera, atau lebih dikenal hanya dengan nama pena Amir Hamzah lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Timur, Hindia Belanda, pada tanggal 28 Februari 1911.
Meskipun lahir dari keluarga bangsawan, Amir Hamzah lebih sering bergaul dalam lingkungan non-bangsawan. Oleh teman sepermainannya, Amir kecil dijuluki  “Tengku Busu” ( tengku yang bungsu).
Sahabat masa kecilnya yang bernama  Said Hoesny, menyebutkan  bahwa Amir adalah seorang anak manis yang menjadi kesayangan semua orang.
Amir mulai menulis puisi saat masih remaja meskipun karya-karyanya tidak bertanggal, yang paling awal diperkirakan telah ditulis ketika dia pertama kali melakukan perjalanan ke Jawa.
Menggambarkan pengaruh dari budaya Melayu aslinya, Islam, Kekristenan, dan Sastra Timur, Amir menulis 50 puisi, 18 buah puisi prosa, dan berbagai karya lainnya, termasuk beberapa terjemahan. Pada tahun 1932 Amir turut mendirikan majalah sastra Poedjangga Baroe.

Pendidikan Amir Hamzah

Amir Hamzah mengenyam pendidikan pada umur 5 tahun dengan bersekolah di Langkatsche School di Tanjung Pura pada 1916.

Setamat dari Langkatsche School, Amir melanjutkan pendidikannya di MULO, sekolah tinggi di Medan. Setahun kemudian, Amir Hamzah pindah ke Batavia (Jakarta) untuk melanjutkan sekolah di Christelijk MULO Menjangan dan lulus pada tahun  1927.

Baca Juga :  Jawaban Bacaan Proklamator Kelas 5 Tema 7

Amir Hamzah kemudian melanjutkan studinya di AMS (Aglemenee Middelbare School), sekolah lanjutan tingkat atas di Solo, Jawa Tengah. Di sana dia mengambil disiplin ilmu pada Jurusan Sastra Timur. Amir Hamzah adalah seorang siswa yang memiliki kedisiplinan tinggi.

Sekitar tahun 1930, Amir terlibat dengan gerakan nasionalis dan jatuh cinta dengan seorang teman sekolahnya, Ilik Soendari.

Setelah Amir melanjutkan studinya di sekolah hukum di Batavia (sekarang Jakarta) keduanya tetap dekat, hanya berpisah pada tahun 1937 ketika Amir dipanggil kembali ke Sumatera untuk menikahi putri sultan dan mengambil tanggung jawab di lingkungan keraton.

Meskipun tidak bahagia dengan pernikahannya, dia memenuhi tugas kekeratonannya. Selama mengenyam pendidikan di Solo, Amir mulai mengasah minatnya pada sastra sekaligus obsesi kepenyairannya.

Pada waktu itulah Amir Hamzah mulai menulis beberapa sajak pertamanya yang kemudian terangkum dalam antologi Buah Rindu yang terbit pada tahun 1943.

Pada waktu tinggal di Solo, Amir Hamzah juga menjalin pertemanan dengan Armijn Pane dan Achdiat K Mihardja. Ketiganya sama-sama mengenyam pendidikan di AMS Solo, bahkan mereka satu kelas di sekolah itu. Di kemudian hari, ketiga orang ini mempunyai tempat tersendiri dalam ranah kesusastraan di Indonesia.

Setelah menyelesaikan studinya di Solo, Amir Hamzah kembali ke Jakarta untuk melanjutkan studi ke Sekolah Hakim Tinggi pada awal tahun 1934.

Semasa di Jakarta, rasa kebangsaan di dalam jiwa Amir semakin kuat dan berpengaruh pada wataknya. Bersama beberapa orang rekannya di Perguruan Rakyat, termasuk Soemanang, Soegiarti, Sutan Takdir Alisyahbana, Armijn Pane, dan lainnya, Amir Hamzah menggagas penerbitan majalah Poedjangga Baroe.

Karya Amir Hamzah

Amir Hamzah mulai menyiarkan sajak-sajak karyanya ketika masih tinggal di Solo. Di majalah Timboel yang diasuh Sanusi Pane, Amir Hamzah menyiarkan puisinya berjudul “M4buk” dan “Sunyi” yang menandai debutnya di dunia kesusastraan Indonesia. Sejak saat itu, banyak sekali karya sastra yang dibuat oleh Amir Hamzah.

Baca Juga :  Biodata Nyi Ageng Serang

Setelah kembali ke Sumatera, Amir berhenti menulis. Sebagian besar puisi-puisinya diterbitkan dalam dua koleksi, Njanji Soenji (EYD: “Nyanyi Sunyi”, 1937) dan Boeah Rindoe (EYD: “Buah Rindu”, 1941), awalnya dalam Poedjangga Baroe, kemudian sebagai buku yang diterbitkan.

Wafatnya Amir Hamzah

Revolusi sosial yang dipimpin oleh Fraksi Komunis dan Kelompok Sosialis yang meletus di Langkat pada tanggal 7 Maret 1946,  Sultan Langkat  dan anggota keluarga kraton Langkat termasuk Amir Hamzah diculik. Mereka kemudian dibawa ke sebuah perkebunan di Kwala Begumit yang berjarak sekitar 10 km dari Binjai.

Sejak saat itu, Amir Hamzah tidak pernah diketahui lagi keberadaannya. Sebuah kesaksian yang diketahui di kemudian hari menyebutkan bahwa para tawanan tersebut, termasuk Amir Hamzah, dipaksa menggali lubang dan disiksa oleh para penculiknya.

Pada tanggal 26 Maret 1946,  Amir Hamzah tewas bersama dengan 26 orang tahanan lainnya dan dimakamkan di sebuah lubang yang telah digali para tahanan tersebut.

Pada tahun 1948 sebuah makam di Kwala Begumit digali berhasil diidentifikasi jenazah para  anggota keluarga kraton yang terbunuh pada peristiwa revolusi dua tahun sebelumnya.

Ditemukan pula disana tulang belulang Amir Hamzah. Pada November 1949,  jenazah Amir Hamzah dikuburkan di kompleks Masjid Azizi, Tanjung Pura, Langkat.

Atas jasa-jasanya, Amir Hamzah diangerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 106/ tahun 1975.

Penutup

Itulah biodata biodata Amir Hamzah seorang Sastrawan Indonesia. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.

sumber : berbagai sumber

You May Also Like

About the Author: Afnan Rafiski