Biodata Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi

Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi

Biodata Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi. Penasaran ingin tahu tentang biodata Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, simak penjelasannya berikut ini.

Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi

Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi ialah seorang tokoh dari Sulawesi Tenggara. Beliau merupakan pejuang gerilyawan yang menentang penjajahan Belanda di wilayah Kesultanan Buton. Semasa berkuasa, Sultan Buton ke-20 (1752-1755) dan ke-23 (1760-1763)

Himayatuddin menghabiskan waktunya untuk menentang dan melawan kekuasaan pemerintah Belanda. Kesuksesannya mengusir kaum penjajah di tanah Buton, pihak Kesultanan Buton menobatkan dirinya sebagai “Oputa Yi Koo” .

Oputa Yi Koo dalam bahasa masyarakat setempat, gelar tersebut bermakna raja atau penguasa yang bergerliya melawan penjajah di dalam hutan.

Himayatuddin kecil memperoleh pendidikan akhlak dan budi pekerti berlandas Islam. Pendidiknya langsung para orangtua di lingkungan keraton Buton. Dari luar keraton, Himayatuddinmenerima pendidikan baca-tulis Alquran, baca-tulis aksara Buri-Wolio, dan seni beladiri.

Beranjak remaja, fisik Himayatuddin tumbuh lebih cepat dari teman seusianya. Memiliki postur badan yang tinggi, besar, serta tegap. Orang di sekelilingnya pun menyebutnya sebagai La Karambau atau Kerbau.

Himayatuddin mengemban tugas pemerintahan pertamanya sebagai Lakina Kambowa atau kepala wilayah desa. Tugas ini memungkinkan dia berinteraksi langsung dengan rakyat sekaligus mendengarkan masalah keseharian mereka. Antara lain perdagangan dengan orang-orang VOC (Kongsi Dagang Hindia Timur) dan perilakunya.

Pada saat VOC mengancam akan menggunakan kekuatan militernya untuk menyerang Buton, Himayatuddin menyongsong ancaman itu dengan mempersiapkan benteng dan pasukannya.

Akantetapi sebelum pertempuran pecah, Sara (Dewan Penasihat Kesultanan Buton) mempunyai siasat jitu untuk meredam serangan VOC. Mereka meminta Himayatuddin menyingkir sementara waktu sembari menyusun kekuatan perlawanan. Jabatannya diambil-alih oleh iparnya, Sultan Sakiyuddin.

Baca Juga :  Jawaban Awal Pergerakan Nasional Masa Radikal Masa Moderat

Perang pecah, orang Buton menyebutnya sebagai Zaman Kaheruna Walanda atau zaman huru-hara Belanda. Himayatuddin memimpin perlawanan dari sebuah benteng.

Kemudian pasukan VOC berhasil mendesak rakyat Buton. Sakiyuddin dan Himayatuddin pun menyingkir ke pedalaman. Perang pun berakhir. VOC mencoba memperbaiki hubungan dengan Buton.

Himayatuddin tetap menolak menjalin hubungan dengan VOC dan memilih bergerilya di hutan dan gunung. Dia sempat kembali ke keraton dan menjadi sultan lagi serentang 1760-1763. Tapi tak banyak keterangan tentang apa yang dilakukannya dalam rentang waktu itu.

Pada tahun 1763, Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi mundur dari jabatannya. Meski tidak lagi memimpin, Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi tetap melanjutkan perlawanan sampai akhir hayatnya.

Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi wafat pada tahun 1766 di Siontapina, Kesultanan Buton. Untuk mengenang jasa-jasanya, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 11 November 2019.

 

Penutup

Itulah biodata Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.

sumber : biografi-tokoh-ternama.blogspot.com

You May Also Like

About the Author: Afnan Rafiski