Table of Contents
Biodata Umar Kayam
Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Umar Kayam seorang Sastrawan Indonesia. Penasaran ingin tahu tentang biodata Umar Kayam, simak penjelasannya berikut ini.
Umar Kayam adalah seorang penulis, budayawan, dan akademisi. Beliau juga merupakan seorang Guru Besar Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Budaya) di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Umar Kayam terkenal oleh karena novelnya, Para Priyayi (1991), dan kumpulan esainya yang terbit di Tempo dan Kedaulatan Rakyat.
Umar Kayam lahir di Ngawi, pada tanggal 30 April 1932. Ayahnya bernama Sastrosoekoso adalah seorang guru di Hollands Islands School (HIS).
Ayahnya sangat menginginkan anaknya kelak dapat menjadi manusia seperti Omar Khayam, seorang sufi, ahli perbintangan, ahli matematika, dan pujangga Persia yang hidup pada abad ke-12. Karena itulah, sang ayah memberi nama “Umar Kayam”.
Umar Kayam mempunyai nama lain yaitu “Kiwati” saat perjalanan menuju Irian Jaya. Saat itu, Umar sampai harus menerobos kelangkang tiga wanita untuk bisa diangkat sebagai anak pungut Pak Buram dari suku Asmat. Tidak hanya itu saja, Umar juga mempunyai panggilan lain yaitu “Uka”.
Umar mengenyam pendidikan SD dan SMP-nya di kota Ngawi. Kemudian, beliau melanjutkan pendidikannya ke SMA di Yogyakarta dan berpindah lagi ke SMA Semarang.
Pada saat duduk dibangku SMP, Umar sudah terbiasa dengan dunia membaca. Membaca bacaan-bacaan dongeng dan pelajaran yang terkait dengan bahasa Belanda merupakan suatu kebiasaan yang sering dilakukannya.
Di SMA Semarang itulah Umar menamatkan bangku sekolahnya. Sewaktu masih SMA, Umar bersama kedua orang temannya Nugroho Notosusanto dan Daoed Joesoef mengelola majalah dinding untuk mengeksplorasi karya-karyanya. Pada saat SMA pulaa, Umar berhasil membuat cerpen Bunga Anyelir dan diterbitkan di majalah Jakarta.
Selepas lulus SMA, Umar melanjutkan studinya di Fakultas Pedagogik Universitas Gadjah Mada dan lulus tahun 1955. Kemudian, beliau langsung melanjutkan kuliah di Universitas New York Amerika Serikat dan mendapatkan gelar M.A. pada tahun 1963.
Selain itu, Umar juga mendapatkan gelar gelar Ph.D dari Universitas Cornell, Amerika Serikat pada tahun 1965. Gelar professor diperolehnya dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1986 dan dikukuhkan sebagai guru besar Fakultas Sastra UGM dua tahun kemudian.
Pada saat menjadi mahasiswa di Universitas Gadjah Mada, beliau dikenal sebagai salah seorang pelopor dalam terbentuknya kehidupan teater kampus.
Ia juga menjadi dosen di fakultas sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Di Universitas Gadjah Mada, Umar Kayam juga pernah menjabat sebagai Direktur Pusat Penelitian Kebudayaan Universitas Gadjah Mada .
Selain itu, di bidang pendidikan Umar pernah menjadi Direktur Pusat Latihan Ilmu-ilmu Sosial Universitas Hasanudin, Ujungpandang dari 1975-1976. Sebagai tenaga pendidik, beliau juga pernah jadi dosen Universitas Indonesia dan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta
Sebagai seorang budayawan, Umar Kayam pernah pernah menjadi penasihat majalah ”Horison” bersama-sama dengan Ali Audah, Goenawan Mohamad, Aristides Katopo hingga tahun 1993.
Lalu, pada tahun 1969 – 1972 beliau menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta. Selain itu, Umar juga menjadi anggota Akademi Jakarta dari tahun 1988.
Umar Kayam juga pernah bekerja di pemerintahan. Beliau menjabat Direktur Jenderal Radio, Televisi, dan Film Departemen Penerangan RI (1966-1969), anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara), hingga Ketua Dewan Film Nasional (1978-1979).
Umar juga menggeluti dunia aktor dengan memerankan Presiden Soekarno, pada film G 30 S/PKI. Selain itu, beliau pernah menjadi pemeran pembantu dalam film Karmila (1974) dan film Kugapai Cintamu (1976).
Karya Umar Kayam
- Seribu Kunang-kunang di Manhattan (kumpulan cerpen, 1972) mendapat hadiah majalah Horison (1966/1967).
- Totok dan Toni (cerita anak, 1975)
- Sri Sumarah dan Bawuk (1975)
- Seni, Tradisi, Masyarakat (kumpulan esai, 1981)
- Sri Sumarah (kumpulan cerpen, 1985, juga terbit dalam edisi Malaysia, 1981)
- Semangat Indonesia: Suatu Perjalanan Budaya (bersama Henri Peccinotti, 1985)
- Para Priyayi (novel, 1992) Mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P dan K, diberikan pada tahun 1995)
- Parta Karma (kumpulan cerpen, 1997
- Jalan Menikung (novel, 2000)
- Cerpen-cerpennya diterjemahkan oleh Harry Aveling dan diterbitkan dalam Sri Sumarah and Other Stories
- (1976) dan From Surabaya to Armageddon (1976).
- Mangan Ora Mangan Kumpul (Kumpulan Esay)
Wafat
Umar Kayam wafat pada tanggal 16 Maret 2002 setelah menderita patah tulang paha pangkal kiri. Umar Kayam meninggalkan seorang istri dan dua orang anak.
Penghargaan
- Cerpennya, “Seribu Kunang-Kunang di Manhattan”, mendapatkan hadiah majalah Horison 1966/1967.
- Novelnya, Para Priyayi, mendapatkan Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P dan K pada tahun 1995.
- Umar Kayam memperoleh Hadiah Sastra Asean pada tahun 1987.
Penutup
Itulah biodata Umar Kayam. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.