Utuy Tatang Sontani

Biodata Utuy Tatang Sontani, Sastraawan Indonesia

Biodata Utuy Tatang Sontani, Sastraawan Indonesia

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Utuy Tatang Sontani seorang Sastrawan Indonesia. Penasaran ingin tahu tentang biodata Utuy Tatang Sontani, simak penjelasannya berikut ini.

Utuy Tatang Sontani

Utuy Tatang Sontani adalah seorang penulis sastra drama, cerpenis, dan novelis Indonesia, Beliau termasuk dalam Sastrawan Angkatan 45. Utuy menulis karyanya dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Utuy Tatang Sontani merupakan sastrawan kelahiran Cianjur, 13 Mei 1920.

Sebenarnya nama Santoni merupakan nama yang ditambahkan oleh Utuy karena ia sangat mengagumi tokoh utama, Sontani, seorang pemberani, yang terdapat dalam buku Pelarian dari Digul. Jadi, kalau mengirimkan karya-karyanya ke Sinar Pasundan, Utuy selalu menggunakan nama Sontani.

Karya Utuy yang pertama adalah Tambera (versi bahasa Sunda 1937) sebuah novel sejarah yang berlangsung di Kepulauan Maluku pada abad ke-17.

Novel ini pertama dimuat dalam koran daerah berbahasa Sunda Sipatahoenan dan Sinar Pasundan pada tahun yang sama.

Kemudian Utuy menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, Orang-orang Sial (1951), yang diikuti oleh cerita-cerita lakonnya yang membuatnya terkenal.

Lakon pertamanya (Suling dan Bunga Rumahmakan, 1948) ditulis sebagaimana lakon ditulis, tetapi kemudain beliau menemukan cara menulis lakon yang unik, yang bentuknya seperti cerita yang enak dibaca.

Di antara lakon-lakonnya yang terkenal adalah Awal dan Mira (1952), Sajang Ada Orang Lain (1954), Di Langit Ada Bintang (1955), Sang Kuriang (1955), Selamat Djalan Anak Kufur (1956), Si Kabajan (1959), dan Tak Pernah Mendjadi Tua (1963).

Utuy diutus oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1958 sebagai salah seorang wakil Indonesia dalam Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Tashkent, Uzbekistan.

Pada saat hubungan politik Indonesia-Uni Soviet, banyak karya pengarang Indonesia yang diterjemahkan dan diterbitkan ke dalam bahasa Rusia, termasuk karya Utuy, “Tambera“, yang dianggap mencerminkan semangat revolusi dan perjuangan rakyat.

Baca Juga :  Resep & Cara Memasak Ayam Bakar Bumbu Padang

Selanjutnya, “Orang-Orang Sial“, hanya terbit di Tallin, dalam bahasa Estonia, karena dianggap terlalu pesimistik dan hanya mengungkapkan sisi gelap revolusi.

Pada tanggal 1 Oktober 1965 Utuy bersama sejumlah pengarang dan wartawan Indonesia menghadiri perayaan pada tanggal 1 Oktober di Beijing atas undangan pemerintah Tiongkok.

Sebelum meletus G-30-S/PKI pada tahun 1965 di Indonesia membuat mereka terlunta-lunta di tanah asing. Kembali ke Indonesia berarti ditangkap dan dituduh terlibat G-30-S/PKI, seperti yang dialami oleh begitu banyak kawan mereka.

Situasi mereka semakin sulit ketika di RRT sendiri pecah Revolusi Kebudayaan pada tahun 1966. Sebagian orang Indonesia yang terdampar di Tiongkok akhirnya memutuskan untuk meninggalkan negara itu dan pergi ke Eropa Barat dengan menumpang kereta api Trans Siberia.

Sebagian dari penumpang ini berhenti di Moskow, termasuk Utuy dan sejumlah kawannya, Kuslan Budiman, Rusdi Hermain, dan Soerjana, wartawan Harian Rakjat.

Kedatangan Utuy di Moskow pada tahun 1971 disambut oleh pemerintah Uni Soviet dan masyarakat ilmiah di sana, terutama karena nama Utuy Tatang Sontani sudah dikenal luas lewat karya-karyanya dan kehadirannya dalam Konferensi Pengarang Asia-Afrika pada tahun 1958.

Utuy Tatang Sontani diminta mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Moskow dan sempat pula menghasilkan sejumlah karya tulis.Beliau menyusun sekurang-kurangnya 4 buah novel dan 3 otobiografi.

Utuy Tatang Sontani meninggal dunia pada tahun 1979 di Moskow Salah satu novelnya yang ditulisnya dan diterbitkan di Moskw yaitu Kolot Kolotok. Novel ini hanya dicetak terbatas untuk bahan studi di Jurusan Indonesia, Universitas Negara Moskow.

Karya-karya Utuy Tatang Sontani

  • 1948: Suling (drama)
  • 1948: Bunga Rumah Makan (Drama satu babak)
  • 1949: Tambera (roman)
  • 1951: Orang-Orang Sial (kumpulan cerita 1948-1950: 1. Paku dan Palu; 2. Doger; 3. Mengarang; 4. Jaga Malam; 5. Keluarga Wangsa; 6. Badut; 7. Kekasih Pujaan; 8. Lukisan; 9. Ditraktir; 10. Suami-Isteri; 11. Bendera; 12. Usaha Samad), Awal dan Mira (drama satu babak)
  • 1953: Manusia Iseng (drama satu babak), Sangkuriang – Dayang Sumbi (drama tiga babak)
  • 1954: Sayang Ada Orang Lain (drama satu babak)
  • 1955: Di Langit Ada Bintang (drama satu babak) Sang Kuriang (Drama)
  • 1956: Selamat Jalan, Anak Kufur (drama satu babak)
  • 1957: Di Muka Kaca (drama), Saat Yang Genting (drama satu babak)
  • 1959: Si Kabayan (komedi dua babak), Sang Kuriang (libretto dua babak)
  • 1961: Segumpal Daging Bernyawa (drama)
  • 1961: Manusia Kota (kumpulan drama satu babak: 1. Sayang Ada Orang Lain; 2. Di Langit Ada Bintang; 3. Saat Yang Genting; 4. Pengakuan)
  • 1962: Sang Kuriang (opera dua babak dalam bahasa Sunda)
  • 1963: Si Sapar (novelet tentang kehidupan penarik becak di Jakarta), Kumpulan Drama: Selamat Jalan, Anak Kufur dan Di Muka Kaca, Tak Pernah Menjadi Tua (drama)
  • 1964: Si Kampeng
Baca Juga :  Modul Belajar Literasi dan Numerasi Jenjang SD Kelas 1 Lengkap Semester 1, Download Disini

Selain ke dalam bahasa Rusia dan Estonia, karya-karya Utuy juga diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain yaitu bahasa Inggris, Mandarin, Tagalog, dll.

Pada masa Orde Baru, sama seperti para penulis yang mendapatkan stigma komunis, karya-karya Utuy dilarang beredar oleh pemerintah.

Wafat

Utuy Tatang Sontani wafat di Moskow, pada tanggal 17 September 1979 pada usia 59 tahun. Ketika beliau meninggal, sebagai penghormatan nisannya ditempatkan sebagai nisan pertama di pemakaman Islam pertama di Moskow.

Penutup

Itulah biodata Utuy Tatang Sontani seorang Sastrawan Indonesia. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.

sumber :

  • biografi-tokoh-ternama.blogspot.com
  • www.bbc.com