Biodata Warsito Purwo Taruno Penemu Alat Pembasmi Kanker

Biodata Warsito Purwo Taruno Penemu Alat Pembasmi Kanker

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Warsito Purwo Taruno seorang penemu alat pembasmi kanker. Penasaran ingin tahu tentang penemu alat pembasmi kanker, simak penjelasannya berikut ini.

Dr. Warsito Purwo Taruno adalah seorang ilmuwan asal Indonesia Penemu Teknologi tomografi medan listrik tiga dimensi atau electrical capacitance volume tomography (ECVT). Temuan Warsito telah dipatenkan di Amerika dan lembaga paten internasional PTO/WO tahun 2006.

Teknologi itu bahkan telah digunakan oleh NASA (Lembaga Antariksa Amerika Serikat) untuk memindai obyek dielektrika pada pesawat ulang–alik selama misi ke antariksa. Sistem pemindai ini mirip dengan CT Scan dan MRI untuk melihat apa yang terjadi di dalam tubuh manusia.

Namun, perangkat ini lebih canggih sebab pasien tidak perlu masuk ke dalam tabung, seperti MRI yang cuma menampilkan gambar dua dimensi. Gambar yang dihasilkan dari ECVT ini berbentuk tiga dimensi.

ECVT juga mampu membunuh sel-sel kanker. Warsito membuat ECVT dalam berbagai bentuk unik, ada yang mirip helm, br4, dan celana, yang disesuaikan fungsinya untuk kanker otak, p4yudara, atau prostat.

Dr. Warsito Purwo Taruno mendirikan organisasi bernama Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI). Sejak tahun 2005, Dr. Warsito yang didaulat menjadi Ketua Umum MITI, telah membangun jaringan MITI di seluruh Indonesia dan luar negeri terutama MITI-Mahasiswa di lebih dari 50 kampus di 26 provinsi di seluruh Indonesia.

Program utama yang dilancarkan MITI adalah meningkatkan kualitas akademis dan kemampuan riset mahasiswa Indonesia dan pengembangan SDM mahasiswa Indonesia.

Biografi

Warsito Purwo Taruno lahir di Karanganyar, pada tanggal 15 Mei 1967. anak keenam dari delapan bersaudara ini termasuk siswa yang cerdas. Warsito gemar membaca buku apa saja tanpa mengenal waktu dan tempat. Kecerdasan Warsito juga tidak bisa dilepaskan dari peranan kedua orang tuanya.

Baca Juga :  Harga Emas Hari Ini Kamis 1 September 2022

Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Karanganyar, Solo pada tahun 1986, Warsito melanjutkan sekolah ke Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM). Tapi pada semester pertama karena mendapatkan beasiswa, Ia melanjutkan studi Teknik Kimia di Jepang.

Studi S-1, Warsito di tempuh di Tokyo International Japanese School, Tokyo, dan tamat tahun 1988. Lalu Warsito melanjutkan studi ke jenjang S-2 di Shizouka University jurusan Chemical Engineering, lalu lulus tahun 1992.

Masih di universitas yang sama, Warsito kemudian meraih gelar M. Eng tahun 1994 dan gelar Ph.D Electronic Science and Technology tahun 1997. Di universitas itu, Warsito pernah menjadi staf peneliti dan asisten dosen selama 2 tahun.

Setelah menyelesaikan pendidikan S-3, Dr. Warsito menghadiri konferensi di Belanda dan bertemu dengan seorang profesor dari Amerika Serikat yang lalu mengajaknya melakukan riset di Amerika Serikat. Pada tahun 1999, Warsito pergi ke Amerika Serikat dan bertemu dengan Professor Liang-Shih Fan dari Ohio State University (OSU).

Keduanya bekerja sama di laboratorium Industrial Research Consortium milik OSU dan mengembangkan riset tomografi volumetrik. Di tengah kesibukan melakukan riset bersama 15 ilmuwan lain di OSU, Warsito meluangkan waktu menulis di sejumlah jurnal ilmiah bertaraf internasional.

Warsito juga dipercaya menjadi pembicara utama dalam sejumlah forum ilmuwan dunia. Sepanjang tahun 2003 sampai 2006 itu, Warsito mencurahkan waktu dan tenaga melakukan riset di Amerika Serikat dan sesekali pulang ke Indonesia.

Penemuan ECVT

Dr. Warsito lalu mengembangkan Center for Tomography Research Laboratory (CTECH Labs) Edwar Technology, pusat riset dan produksi sistem tomografi 4D yang pertama di dunia, di sebuah ruko dua lantai yang berpusat di Tangerang, Banten.

Lantai pertama ruko itu dijadikan warnet dan lantai ke dua adalah labs. Di ruko inilah, Dr Warsito bersama kawan-kawannya ingin mewujudkan cita-cita membangun institusi riset yang tidak kalah dengan institusi riset mana pun di dunia.

Dari tempat itu pulalah, lahir teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT). Langkah Dr. Warsito sebagai peneliti sempat goyah karena hasil risetnya hilang tak berbekas. Komputer kerjanya hangus terbakar tersambar petir dan laptopnya pun tiba-tiba jebol.

Baca Juga :  Biodata Larry Page dan Sergey Brin Penemu Google

Riset bertahun-tahun untuk menciptakan alat pemindai empat dimensi (4D) berbasis teknologi ECVT, hilang begitu saja. Hal itu membuat Dr. Warsito menjadi stres dan bingung. Tetapi Dr. Warsito tidak mau terpuruk terlalu lama. Ia membongkar arsip dan catatan risetnya mulai dari awal. Untuk mewujudkan impiannya kembali, Dr. Warsito membentuk satu tim ahli dari CTECH Labs.

Kerja keras Dr. Warsito akhirnya menuai hasil. Pada tahun 2004, risetnya selesai tapi masih dalam bentuk prototipe. Meski begitu, temuannya segera menjadi incaran sejumlah perusahaan minyak terkemuka di Amerika Serikat dan lembaga antariksa NASA.

Sebab teknologi temuan Dr. Warsito mengungguli kemampuan CT Scan dan MRI. Teknologi pemindai 4D pertama di dunia itu lalu dipatenkan Dr. Warsito di Amerika Serikat pada lembaga paten internasional PTO/WO bernomor 60/664,026 tahun 2005 dan 60/760,529 tahun 2006.

Penemuan Alat Pembasmi Kanker

Alat terbaru yang sedang dikembangkan Dr. Warsito dan timnya adalah alat pembasmi kanker otak dan kanker p4yudara. Alat yang berbasis teknologi ECVT itu terdiri dari empat perangkat yakni brain activity scanner, breast activity scanner, brain cancer electro capacitive therapy, dan breast cancer electro capacitive therapy.

Brain activity scanner dibuat Dr. Warsito sejak bulan Juni 2010. Alat itu berfungsi mempelajari aktivitas otak manusia secara tiga dimensi. Bentuk alat itu mirip helm dengan puluhan lubang connector yang dihubungkan dengan sebuah stasiun data akuisisi yang tersambung dengan sebuah komputer.

Alat itu bisa mendeteksi ada tidaknya sel kanker di otak. Dengan alat itu, dokter juga bisa melihat seberapa parah kanker otak yang diderita pasien. Sementara itu, breast activity scanner diciptakan pada bulan September 2011 juga berfungsi mendeteksi adanya sel kanker di tubuh.

Selain dua alat itu, Dr. Warsito melengkapinya dengan membuat brain cancer electro capacitive therapy dan breast cancer electro capacitive therapy. Dua alat berbasis gelombang listrik statis dengan tenaga baterai itu terbukti dapat membunuh sel kanker hingga tuntas hanya dalam waktu dua bulan.

Baca Juga :  Biodata Johann Wolfgang von Goethe

Setelah menggunakan alat ini, reaksi tubuh pasien mengeluarkan keringat bukti alat itu bekerja baik. Warsito telah membuktikan keampuhan alat ciptaannya kepada kakak perempuannya yang menderita kanker payudara stadium IV. Dalam waktu beberapa bulan setelah pemakaian, hasil tes laboratorium menyatakan bahwa sang kakak dinyatakan bersih dari sel kanker yang hampir merenggut nyawa itu.

Untuk brain cancer electro capacitive therapy, Dr. Warsito mencoba mengenakannya kepada seorang pemuda berusia 21 tahun yang menderita penyakit kanker otak kecil. Kondisi pemuda itu sudah parah, lumpuh total dan tidak bisa menelan makanan atau minuman.

Dalam terapi ini, Dr. Warsito bekerja sama dengan tim dokter ahli radiologi dan onkologi dari sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Setelah seminggu pemakaian alat itu, pemuda itu sudah bisa bangun dari tempat tidur serta menggerakkan tangan dan kaki. Setelah dua bulan pemakaian, pemuda itu sudah dinyatakan sembuh total.

Penemuan ECCT

ECCT (electrical capacitive cancer therapy) adalah sebuah alat terapi kanker menggunakan listrik statis berdaya sangat rendah. Sumber daya nya hanya menggunakan dua buah baterai ukuran AA 1,5 volt (Paten Indonesia dan Internasional, 2012).

System kerjanya sangat sederhana, yakni mengalirkan gelombang listrik statis untuk menghancurkan sel kanker pada saat membelah. Aliran listrik itu dialirkan lewat apparel, berbentuk rompi untuk kanker p4yudara dan tenggorokan. Sedangkan untuk kanker otak berbentuk helm serta selimut untuk leukemia. Sel kanker yang telah mati lalu dibuang melalui proses ekskresi, baik melalui keringat, urine, feses maupun gas.

Meski sudah mendapatkan hasil yang luar biasa, Dr. Warsito mengakui bahwa alat yang sudah dipakai oleh pasien di Indonesia, India, Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, Eropa, China, dan Taiwan itu, masih dalam taraf penelitian yang perlu dielaborasi lebih jauh.

Penutup

Itulah biodata Warsito Purwo Taruno seorang penemu alat pembasmi kanker. Semoga dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Warsito_Taruno & Blog Penemu

 

 

You May Also Like

About the Author: Afnan Rafiski