Biodata Wikana, Tokoh Kemerdekaan Indonesia

Biodata Wikana, Tokoh Kemerdekaan Indonesia

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Wikana seorang Tokoh yang berperan penting dalam Kemerdekaan Indonesia. Penasaran ingin tahu tentang biodata Wikana, simak penjelasannya berikut ini.

Wikana

Wikana adalah seorang tokoh yang memiliki kontribusi besar dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Bersama para pemuda lain seperti Sukarni dan Chaerul Saleh yang tergabung dalam Menteng 31, Wikana turut terlibat dalam peristiwa Rengasdengklok untuk mengamankan Soekarno dan Hatta agar kedua tokoh ini segera membacakan Proklamasi Kemerdekaan setelah kekalahan Jepang dari Sekutu pada tahun 1945.

Mereka menjemput secara paksa Soekarno dan Hatta untuk dibawa ke Rengasdengklok, Jawa Barat pada Kamis, 16 Agustus 1945 dini hari.

Wikana lahir di Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 18 Oktober 1914.  Ayahnya adalah seorang priayi dari Demak, Jawa Barat, yaitu Raden Haji Soelaiman. keluarga Wikana. Bahkan salah seorang kakanya, Winanta adalah seorang Digulis.

 

Pendidikan

Wikana termasuk anak yang cerdas. Sebagai anak priayi, dia punya hak untuk mengenyam pendidikan. Tapi untuk masuk ELS (Europeesch Lagere School), sekolah dasar yang menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar, tidak cukup bermodal anak raden saja.

Kemampuan bahasa Belanda dan kepintaran si anak menjadi standar utama. Wikana kecil memenuhi syarat itu dan berhasil lulus dari ELS. Lepas dari ELS Wikana melanjutkan sekolah ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Semasa muda itulah Wikana sempat menjadi salah satu dari sekian pemuda satelit Bung Karno di Bandung.

Baca Juga :  Biodata Joseph Black Penemu Magnesium, Panas laten, Panas Spesifik, dan Karbon Dioksida

Awal perjuangan

Pada masa muda Wikana aktif sebagai Angkatan Baru Indonesia dan Gerakan Rakyat Baru. Semasa zaman kolonial, Wikana menjadi pemimpin PKI bawah tanah di Jawa Barat.

Wikana juga berkawan dekat dengan Widarta tokoh PKI bawah tanah yang bertanggungjawab di wilayah Jakarta. Tidak hanya sebagai anggota PKI bawah tanah, Wikana juga tercatat pernah aktif sebagai anggota Partai Indonesia (Partindo) yang didirikan oleh Mr Sartono pada tahun 1931 pasca penangkapan Bung Karno.

Pada tahun 1938 ketika Barisan Pemuda Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan, dia terpilih sebagai ketuanya yang pertama. Keyakinannya yang anti-kolonialisme mendorong Wikana aktif mengikuti berbagai organisasi politik yang melawan Belanda secara frontal.

Masa Revolusi Fisik

Wikana pada peristiwa pencetusan Proklamasi 1945 melakukan peran paling penting karena berkat koneksinya di Angkatan Laut Jepang atau Kaigun, Proklamasi 1945 bisa dirumuskan di rumah dinas Laksamana Maeda di Menteng yang terjamin keamanannya.

Wikana juga mengatur semua keperluan Pembacaan Proklamasi di rumah Bung Karno di Pegangsaan 56. Wikana juga sangat tegang saat melihat Bung Karno sakit malaria pagi hari menjelang detik-detik pembacaan Proklamasi.

Wikana yang membujuk kalangan militer Jepang untuk tidak mengganggu jalannya upacara pembacaan teks proklamasi.

Dia menjadi tokoh pemuda dari sekian banyak pemuda yang bergerak di pusaran arus revolusi. Ketokohan Wikana mendapatkan pengakuan dan karena itulah dia dipercaya oleh Perdana Menteri Sjahrir untuk duduk sebagai menteri negara urusan pemuda dalam kabinet Sjahrir kedua dan ketiga.

Jalan hidup Wikana mulai meredup setelah peristiwa Madiun 1948. Posisinya sebagai Gubernur Militer wilayah Surakarta digantikan oleh Gatot Subroto.

Setelah Revolusi Fisik

Bersama dengan pejuang-pejuang dari Nasionalis sayap kiri ia menghilang dan baru kembali setelah DN Aidit melakukan pledoi terhadap kasus Madiun 1948 yang mulai digugat oleh Jaksa Dali Mutiara pada tanggal 2 Februari 1955.

Baca Juga :  Biodata Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum Ibrahim)

Sampai tahun 1950-an dia masih tercatat sebagai anggota Comite Central (CC) PKI yang mulai menggeliat di bawah kepemimpinan triumvirat Aidit, Njoto dan Lukman.

Namun praktis Wikana tak memainkan peran penting sebagaimana yang pernah dilakukannya pada era-era awal revolusi.

Revitalisasi PKI ditangan DN Aidit membuat Wikana tersingkir dan dianggap bagian dari golongan tua yang tidak progresif.

Hal ini sama dengan kasus penyingkiran kaum komunis ex-Digulis oleh anak-anak muda PKI, karena tidak sesuai dengan perkembangan perjuangan komunis yang lebih Nasionalis dan mendekat pada Bung Karno.

Terakhir Wikana tinggal di daerah Simpangan Matraman Plantsoen dalam keadaan miskin dan sengsara karena tidak mendapat tempat di PKI dan diisolir oleh Aidit. Pada saat itu Waperdam Chaerul Saleh pada tahun 1965 menarik Wikana menjadi anggota MPRS.

Pemberontakan PKI

Beberapa pekan sebelum peristiwa G30S 1965 terjadi, Wikana berserta beberapa elemen PKI lainnya pergi ke Peking untuk menghadiri perayaan hari Nasional Cina pada tanggal 1 Oktober 1965.

Mereka mendadak mendengar kabar dari tanah air tentang insiden penculikan dan pembunuhan para jenderal. Saat itu PKI disalahkan.

Delegasi tercerai berai. Wikana meminta anggota delegasi lain untuk tetap berada di Peking selagi menunggu kepastian dari berita yang simpang siur. Dia sendiri memilih pulang ke tanah air.

Kurang dari setahun setelah peristiwa G30S, Wikana ditangkap. Sempat bermalam di Kodam Jaya namun dipulangkan kembali.

Tidak berapa lama kemudian segerombolan tentara tidak dikenal datang ke rumahnya di Jalan Dempo No. 7 A, Matraman, Jakarta Timur. Mereka membawa Wikana entah kemana dan tidak pernah ada kabarnya lagi

Penutup

Itulah biodata Wikana seorang Tokoh yang berperan penting dalam Kemerdekaan Indonesia. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.

Baca Juga :  Biodata Eko Tunas, Sastrawan Indonesia

 

Sumber : wikipedia.org