Jawaban Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda

Jawaban Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda

Table of Contents


Jawaban Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda– Hai sob, Pada masa kepemimpinan Johanes Van Den Bosch, Belanda memperkenalkan sistem tanam paksa. Sistem tanam paksa pertama kali diperkenalkan di Jawa dan dikembangkan di daerah-daerah lain di luar Jawa. Kali ini waca berita akan membahas Jawaban Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda Kelas 5 yang ada pada buku siswa kelas 5 tema 7 sub tema 1 pembelajaran 3.

Jawaban Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda

Berbagai kebijakan pemerintah kolonial telah menyengsarakan rakyat Indonesia. Salah satunya Sistem Tanam Paksa yang dilaksanakan pemerintah kolonial Belanda.

Apakah sistem tanam paksa itu?

Jawaban
Sistem Tanam Paksa adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830 yang mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditas ekspor, khususnya kopi, tebu, teh, dan tarum

Apa pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat Indonesia?

Jawaban

Kehidupan rakyat menjadi sangat terpuruk sebab terjadi penyimpangan pada sistem tanam paksa. Karena yang semula seperlima menjadi setengah bagian ladang, bahkan tanah yang awalnya digarap petani pribumi tetap saja dikenai pajak sewa tanah.

Ayo Membaca

Bacalah bacaan berikut dengan nyaring!

Sistem Tanam Paksa
Pemerintah Kolonial Belanda

Pada masa kepemimpinan Johanes Van Den Bosch, Belanda memperkenalkan sistem tanam paksa. Sistem tanam paksa pertama kali diperkenalkan di Jawa dan dikembangkan di daerah-daerah lain di luar Jawa. Di Sumatra Barat, sistem tanam paksa dimulai sejak tahun 1847. Saat itu, penduduk yang telah lama menanam kopi secara bebas dipaksa menanam kopi untuk diserahkan kepada pemerintah kolonial. Sistem yang hampir sama juga dilaksanakan di tempat lain seperti Minahasa, Lampung, dan Palembang. Kopi merupakan tanaman utama di Sumatra Barat dan Minahasa. Adapun lada merupakan tanaman utama di Lampung dan Palembang. Di Minahasa, kebijakan yang sama kemudian juga berlaku pada tanaman kelapa.

Pelaksanaan tanam paksa banyak terjadi penyimpangan, di antaranya sebagai berikut.

1. Jatah tanah untuk tanaman ekspor melebihi seperlima tanah garapan, apalagi jika tanahnya subur.
2. Rakyat lebih banyak mencurahkan perhatian, tenaga, dan waktunya untuk tanaman ekspor sehingga banyak yang
tidak sempat mengerjakan sawah dan ladang sendiri.
3. Rakyat yang tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi 1/5 tahun.
4. Waktu pelaksanaan tanam paksa ternyata melebihi waktu tanam padi (tiga bulan) sebab tanaman-tanaman perkebunan memerlukan perawatan terus-menerus.
5. Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus dibayarkan kembali kepada rakyat ternyata tidak dikembalikan kepada rakyat.
6. Kegagalan panen tanaman wajib menjadi tanggung jawab rakyat/petani.

Baca Juga :  Biodata Henry Shrapnel Penemu Peluru Shrapnel


Adanya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tanam paksa membawa akibat yang memberatkan rakyat Indonesia. Akibat penyimpangan pelaksanaan tanam paksa tersebut antara lain: banyak tanah terbengkalai sehingga panen gagal, rakyat makin menderita, wabah penyakit merajalela, bahaya kelaparan melanda Cirebon dan memaksa rakyat mengungsi ke daerah lain untuk menyelamatkan diri. Kelaparan hebat juga terjadi di Grobogan yang mengakibatkan banyak kematian sehingga jumlah penduduk menurun tajam.

Tanam paksa yang diterapkan Belanda di Indonesia ternyata mengakibatkan aksi penentangan. Berkat adanya kecaman dari berbagai pihak, akhirnya pemerintah Belanda menghapus tanam paksa secara bertahap. Salah satu tokoh Belanda yang menentang sistem tanam paksa adalah Douwes Dekker dengan nama samaran Multatuli.

Edward Douwes Dekker

Dia menentang tanam paksa dengan mengarang buku berjudul Max Havelaar. Edward Douwes Dekker mengajukan tuntutan kepada pemerintah kolonial Belanda untuk lebih memperhatikan kehidupan bangsa Indonesia karena kejayaan negeri Belanda itu merupakan hasil tetesan keringat rakyat Indonesia. Dia mengusulkan langkah-langkah untuk membalas budi baik bangsa Indonesia. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pendidikan (edukasi).
b. Membangun saluran pengairan (irigasi).
c. Memindahkan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang jarang penduduknya (transmigrasi).

Ayo Berlatih

Ayo, temukan kosakata baku dan kata serapan pada bacaan yang berjudul “Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda”. Kemudian, carilah arti katanya. Kamu dapat mencarinya di Kamus Besar Bahasa Indonesia, bertanya kepada Guru, atau berdiskusi.

Perhatikan cara-cara menggunakan kamus berikut.
1. Pilihlah sebuah kata dari daftar kosakata barumu, misalnya: pilar.
2. Bukalah kamusmu. Carilah daftar kata-kata yang dimulai dengan huruf awal “p”. Ingat, setiap kata pada kamus selalu diurutkan berdasarkan urutan abjad.
3. Dalam daftar kata yang berhuruf awal “p”, carilah daftar kata yang dimulai dengan “pi”.

4. Carilah daftar kata yang dimulai dengan “pil”. Kata pilar akan kamu temukan di antara kata-kata itu. Selamat mencari.

Jawaban

Kosakata pada bacaan

Kosakata BakuArti KataKosakata SerapanArti Kata
WajibHarus dilakukanKolonialPenjajah
PemerintahOrang atau lembaga yang mengatur pelaksanaan suatu negaraEksporMengirim barang ke luar negeri
PetaniOrang berkegiatan mengolah tanah untuk diambil hasilnyaEdukasiPendidikan
PanenPemungutan hasil pertanianIrigasiPengairan
RakyatOrang yang berada di suatu negara dan diakui keberadaannya oleh pemerintahSistemHimpunan dari bagian bagian yang saling berhubungan


Jawaban Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda

Ayo Menulis

Pahamilah bacaan di atas! Tuliskan informasi penting dalam bacaan ke dalam kolom-kolom berikut dengan menggunakan prinsip: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana!

Apakah tanam paksa itu?

Jawaban

Sistem tanam paksa adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830. Sistem ini mewajibkan seluruh penduduk yang menanam kopi, tebu, teh, tarum dan tanaman komoditas ekspor lainnya untuk diserahkan kepada pemerintah kolonial

Di manakah tanam paksa dilaksanakan?

Jawaban
Di Pulau Jawa, Sumatra Barat, Cirebon, Demak, Grobogan, Lampung & Palembang

Apa akibat tanam paksa?

Jawaban

Berbagai penyimpangan yang terjadi pada sistem tanam paksa menyebabkan penderitaan yang sangat besar untuk rakyat Indonesia yang berada di pedesaan khususnya di pulau Jawa.

Menimbulkan bahaya kelaparan dan juga penyakit terjadi di mana-mana yang menyebabkan angka kematian yang sangat besar.

Bahaya dari kelaparan yang menimbulkan korban jiwa yang sangat mengerikan yang terjadi di Cirebon (1843), Demak (1849), dan juga Grobogan (1850).

Siapakah yang menerapkan tanam paksa?

Jawaban
Pemerintah Kolonial Belanda

Bagaimana tanam paksa dilaksanakan?

Jawaban
Pencetus sistem tanam paksa adalah Johannes Van de Bosch. Melalui rekomendasi Johannes Van de Bosch, seorang ahli keuangan Belanda ditetapkanlah dan Sistem Tanam Paksa atau Cultur Stelesel tahun 1830.

Pada tahun 1830 mulai diterapkan aturan kerja rodi (kerja paksa) yang disebut Cultuur stelsel. Cultuur stelsel dalam bahasa Inggris adalah Cultivation System yang memiliki arti sistem tanam. Namun di Indonesia cultuur stelsel lebih dikenal oleh rakyat dengan istilah tanam paksa.


Siapakah penentang tanam paksa?

Jawaban

Salah satu tokoh Belanda yang menentang sistem tanam paksa adalah Douwes Dekker dengan nama samaran Multatuli. Edward Douwes Dekker mengajukan tuntutan kepada pemerintah kolonial Belanda untuk lebih memperhatikan kehidupan bangsa Indonesia karena kejayaan negeri Belanda itu merupakan hasil tetesan keringat rakyat Indonesia. Dia mengusulkan langkah-langkah untuk membalas budi baik bangsa Indonesia.


Tahukah Kamu?

Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Pemerintah Kolonial

Menjelang kedatangan bangsa Eropa, masyarakat di wilayah Nusantara hidup dengan tenteram di bawah kekuasaan raja-raja. Kedatangan bangsabangsa Eropa di Indonesia mula-mula disambut baik oleh bangsa Indonesia. Namun, lama-kelamaan, rakyat Indonesia mengadakan perlawanan karena niat jahat bangsa-bangsa Eropa itu mulai terkuak dan diketahui oleh bangsa Indonesia. Perlawanan-perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia disebabkan orang-orang Barat ingin memaksakan monopoli perdagangan dan berusaha mencampuri urusan kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Baca Juga :  Peristiwa Pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh Belanda

Jawaban Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda

Peristiwa Perlawanan terhadap Portugis

Setelah Malaka dapat dikuasai oleh Portugis pada tahun 1511, terjadilah persaingan dagang antara pedagang-pedagang Portugis dan pedagang di Nusantara. Portugis ingin selalu menguasai perdagangan. Maka, terjadilah perlawanan-perlawanan terhadap Portugis. Perlawanan tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Sultan Ali Mughayat Syah (1514–1528) berhasil membebaskan Aceh dari upaya penguasaan bangsa Portugis.
b. Sultan Alaudin Riayat Syah (1537–1568) berani menentang dan mengusir Portugis yang bersekutu dengan Johor.
c. Sultan Iskandar Muda (1607–1636). Raja Kerajaan Aceh yang terkenal sangat gigih melawan Portugis adalah
Iskandar Muda. Pada tahun 1615 dan 1629, Iskandar Muda melakukan serangan terhadap Portugis di Malaka.

Pada awalnya, Portugis diterima dengan baik oleh raja setempat dan diizinkan mendirikan benteng. Namun, lama-kelamaan, rakyat Ternate mengadakan perlawanan karena Portugis serakah, ikut campur dalam pemerintahan, membenci agama rakyat Ternate, dan bersikap sewenangwenang.

Rakyat Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun bersatu dengan Tidore melawan Portugis sehingga Portugis terdesak. Pada waktu terdesak, Portugis mendatangkan bantuan dari Malaka dipimpin oleh Antoni Galvo sehingga Portugis mampu bertahan di Maluku.

Pada tahun 1565, rakyat Ternate bangkit kembali di bawah pimpinan Sultan Hairun. Portugis berusaha menangkap Sultan Hairun, tetapi rakyat bangkit untuk melawan Portugis dan berhasil membebaskan Sultan Hairun dan tawanan lainnya. Akan tetapi, Portugis melakukan tindakan licik dengan mengajak Sultan Hairun berunding. Dalam perundingan, Sultan Hairun ditangkap dan dibunuh.

Perlawanan rakyat Ternate dilanjutkan di bawah pimpinan Sultan Baabullah (putra Sultan Hairun). Pada tahun 1574, benteng Portugis dapat direbut, kemudian Portugis menyingkir ke Hitu dan akhirnya menguasai dan menetap di Timor-Timur sampai tahun 1975.

Jawaban Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda

Ayo Berlatih

Berdasarkan bacaan di atas, isilah kolom-kolom berikut sesuai dengan informasi yang kamu dapatkan dari bacaan! Peristiwa Perlawanan terhadap Portugis


1. Alasan Ternate melakukan perlawanan:

Jawaban
Ternate mengadakan perlawanan karena Portugis serakah, ikut campur dalam pemerintahan, membenci agama rakyat Ternate, dan bersikap sewenang-wenang

2. Pemimpin rakyat Aceh dan Ternate yang melakukan perlawanan:

Jawaban

– Sultan Ali Mughayat Syah (1514–1528)
– Sultan Alaudin Riayat Syah (1537–1568)
– Sultan Iskandar Muda (1607–1636)
– Ternate: Sultan Hairun dan Sultan Baabullah

3. Hasil perlawanan:

Jawaban

a. Aceh
Berhasil membebaskan Aceh dari upaya penguasaan bangsa Portugis dan mengusir Portugis yang bersekutu dengan Johor.

b. Ternate
Benteng Portugis dapat direbut, kemudian Portugis menyingkir ke Hitu dan akhirnya, Portugis menguasai dan menetap di Timor Timur.

Jawaban Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda

Peristiwa Perlawanan terhadap Belanda

Berikut beberapa tokoh dari beberapa daerah yang memimpin perlawanan terhadap Belanda.


Jawaban Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda

Ayo Berdiskusi

Bentuklah kelas menjadi 7 kelompok sesuai dengan jumlah tokoh pada peta tematik di atas. Bagilah satu tokoh kepada satu kelompok (bisa dengan diundi).

Setiap kelompok mencari informasi tentang perjuangan para tokoh sesuai dengan bagiannya masing-masing. Carilah dari buku-buku yang ada di perpustakaan, media elektronik, guru, atau sumber lain.

Tuliskan sebanyak mungkin informasi yang telah kamu peroleh di bawah ini. Diskusikan hasilnya dengan temanmu!

Agar informasi kalian tentang perlawanan para pahlawan di berbagai daerah lengkap, pada akhir kegiatan, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.


Nama Tokoh

Jawaban
Nama Tokoh: Sultan Hasanuddin

Asal Daerah:

Jawaban
Asal Daerah: Gowa, Sulawesi Selatan, lahir 12 Januari 1631

Alasan Melakukan Perlawanan:

Jawaban
VOC melakukan tindakan provokatif dalam memblokade pelabuhan Somba opu dengan memburu, menangkap, dan merusak perahu-perahu orang-orang bugis, Makassar dan yang lain untuk melemahkan posisi Gowa.

Upaya VOC/Belanda untuk menguasai Gowa, terutama pelabuhan Somba Opu untuk menerapkan sistem monopoli perdagangan.

VOC melakukan taktik adu domba (devide et impera).


Bentuk-Bentuk Perlawanan:

Jawaban
Pada tahun 1668 Sultan Hasanuddin menggerakkan kekuatan rakyat untuk kembali melawan kesewenang-wenangan VOC, namun berhasil dikalahkan VOC.

Sultan Hasanuddin mempersiapkan benteng pertahanan di sepanjang pantai, serta melakukan kerja sama dengan beberapa sekutu Gowa untuk melawan VOC.

Hasil Perlawanan:

Jawaban
Mengalami kegagalan, terpaksa mengikuti perjanjian Bongaya tahun 1667 dengan mengakui adanya VOC di Gowa

Baca Juga :  Jawaban Bacaan Keragaman Ekonomi di Indonesia (2)

Jawaban Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda

Perlawanan terhadap para penjajah di berbagai daerah banyak mengalami kegagalan. Salah satu sebabnya adalah perlawanan yang dilakukan masih bersifat kedaerahan dan secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, perlawanan itu tidak akan kuat dan mudah diadu domba oleh penjajah.

Negara kita sangat luas wilayahnya dan beragam pula sosial budayanya. Seandainya setiap daerah, suku, dan golongan bersatu padu melawan penjajah, niscaya penjajah dapat kita usir sejak dahulu kala.

Tahukah kamu keragaman sosial budaya yang dimiliki oleh bangsa kita? Ayo,kita cari tahu!

Tahukah Kamu?

Keragaman Sosial Budaya di Indonesia

Budaya merupakan segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia. Adapun wujud budaya, yaitu:
• gagasan atau ide, misalnya kepercayaan;
• tindakan, misalnya upacara adat dan seni pertunjukan; serta
• benda, misalnya pakaian adat dan senjata tradisional.

Selain sebagai identitas, kebudayaan juga sebagai kepribadian suatu bangsa. Negara kita mengembangkan kebudayaan daerah dalam rangka memperkaya kebudayan nasional. Hubungan antara keduanya sangat erat karena kebudayaan nasional bersumber dari kebudayaan daerah. Kebudayaan nasional lahir sebagai hasil usaha akal budi atau pikiran seluruh bangsa Indonesia yang terdiri atas beragam ras dan suku.

Faktor Penyebab Keragaman Bangsa Indonesia

Indonesia merupakan negara kesatuan yang masyarakatnya majemuk. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa yang menyebar dari Sabang (ujung Sumatra Utara) sampai Merauke (ujung Papua).

Faktor Keturunan
d. Ras di Indonesia
Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi 4 (empat) kelompok ras sebagai berikut.
1) Kelompok ras Papua Melanezoid, terdapat di Papua, Pulau Aru, Pulau Kai.
2) Kelompok ras Negroid, antara lain orang Semang di Semenanjung Malaka, orang Mikopsi di Kepulauan Andaman.
3) Kelompok ras Weddoid, antara lain orang Sakai di Siak Riau, orang Kubu di Sumatra Selatan dan Jambi, orang Tomuna di Pulau Muna, orang Enggano di Pulau Enggano, dan orang Mentawai di Kepulauan Mentawai.
4) Kelompok ras Melayu Mongoloid, yang dibedakan menjadi 2 (dua) golongan.
a) Ras Proto Melayu (Melayu Tua) antara lain Suku Batak, Suku Toraja, Suku Dayak.
b) Di samping kelompok ras di atas, masyarakat Indonesia juga terdiri atas kelompok warga keturunan China (ras Mongoloid), warga keturunan Arab, Pakistan, India, ras Kaukasoid, dan sebagainya yang hidup berdampingan membaur menjadi warga negara Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak mengenal superioritas suatu ras dan tidak menganut paham rasialisme.


b. Suku di Indonesia

Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri atas beberapa suku bangsa (etnis). Tiap-tiap suku bangsa memiliki bahasa dan adat istiadat serta budaya yang berbeda.

Di suatu daerah, mungkin terdapat beberapa suku. Sebagai contoh di Sumatra terdapat suku Aceh, suku Melayu, dan suku Batak. Di Pulau Jawa terdapat suku Betawi, suku Sunda, suku Osing, dan suku Jawa. Bagaimana dengan daerahmu? Suku apa sajakah yang ada?

Sumber: Indonesia Heritage, 2002


5. Perbedaan Kondisi Geografis

Perbedaan kondisi geografis turut berdampak pada munculnya berbagai ragam mata pencaharian. Contohnya perikanan, pertanian, kehutanan, dan perdagangan. Pada setiap bidang tersebut, mereka akan mengembangkan corak kebudayaan yang khas dan cocok dengan kondisi geografis lingkungan tempat tinggalnya.
6. Pengaruh Kebudayaan Luar

Bangsa Indonesia adalah contoh bangsa yang terbuka. Keterbukaan ini dapat dilihat dari besarnya pengaruh asing dalam membentuk keberagaman masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

Pengaruh asing yang pertama ialah ketika orang-orang dari India, Cina, dan Arab, kemudian disusul oleh orang-orang dari Eropa. Bangsa-bangsa tersebut datang dengan membawa kebudayaan masing-masing.

Jawaban Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda

Ayo Berlatih

Ayo, ceritakan kepada Guru dan teman-temanmu.

• Siapakah kamu?

Jawaban

Abdul Basith

• Termasuk ras apakah kamu?

Jawaban

Masyarakat Indonesia tidak mengenal superioritas suatu ras dan tidak menganut paham rasialisme.


• Termasuk suku apakah kamu?

Jawaban

Suku Jawa

• Apa bahasa daerahmu?

Jawaban

Bahasa Jawa

• Sebutkan satu kesenian yang menjadi ciri khas suku bangsamu.

Jawaban

Tari Gambyong

Nama:

Jawaban
Abdul Basith

Suku:

Jawaban
Saya berasal dari Suku Jawa

Tempat Tinggal:

Jawaban

Saya Tinggal di Provinsi Jawa Tengah

Bahasa Daerah:

Jawaban
Bahasa daerahku menggunakan Bahasa Jawa

Kesenian yang menjadi ciri suku:

Jawaban

Tari Gambyong, Tari Srimpi, Tari Jathilan

FOTO DIRI


Suku bangsa yang ada di Indonesia tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Bersama teman semeja, sebutkan daerah-daerah persebaran suku-suku tersebut dengan mengisi Peta Tematik berikut.


Suku-suku di Pulau Sumatra:

Jawaban

Suku-suku besar di Pulau Sumatra selain Melayu ialah Batak, Minangkabau, Aceh, Lampung, Karo, Nias, Rejang, Komering, Gayo, dan suku-suku lainnya

Suku-suku di Pulau Kalimantan:

Jawaban

Suku Banjar, Dayak Bakumpai, Dayak Baraki, Dayak Maanyan, Dayak Lawangan, Dayak Bukit Ngaju, Melayu Jawa, Bugis, Cina dan Arab Keturunan

Suku-suku di Pulau Sulawesi:

Jawaban
Suku bangsa daerah Sulawesi Selatan diantaranya adalah suku Bugis, Makassar, Mandar, Toraja, Duri, Pattinjo, Bone,

Suku-suku di Kepulauan Maluku:

Jawaban
Suku Madole,Suku Pagu, Suku Ternate, Suku Makian Barat, Suku Kao, Suku Tidore, Suku Buli, Suku Patani, Suku Maba, Suku Sawai, Suku Weda, Suku Gane, Suku Makian Timur, Suku Kayoa, Suku Bacan, Suku Sula, Suku Ange, Suku Siboyo, Suku Kadai, Suku Galela

Suku-suku di Pulau Jawa:

Jawaban

Suku Jawa, Suku Sunda,Suku Betawi, Suku Madura, Suku Osing, Suku Tengger, Suku Baduy.

Suku-suku di Pulau Bali dan Nusa Tenggara:

Jawaban
Suku Bali, Suku Sasak, Suku Sumbawa, Suku Bima, Suku Manggarai

Suku-suku di Pulau Papua:

Jawaban
Suku Amungme, Suku Asmat, Dani (Ndani)

Kesimpulan

Syukur adalah ucapan yang tepat atas keberagaman sosial budaya bangsa kita. Melestarikan adalah tindakan yang tepat ketika menyaksikan kebudayaankebudayaan dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Adapun kerukunan merupakan cita-cita yang harus diwujudkan ketika melihat berbagai perbedaan suku bangsa yang ada di Indonesia. Dalam sikap saling menghargai keberagaman sosial budaya, kita dilarang membeda-bedakan. Kita dilarang menganggap bahwa suku bangsa kita sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan suku bangsa lain. Kita juga dilarang merendahkan budaya dari suku bangsa lain.

Pada dasarnya, kebudayaan daerah menyumbang bagi kekayaan budaya nasional. Akan lebih membanggakan lagi jika kita tidak hanya mengenal budaya dari suku bangsa lain, tetapi juga mengerti maknanya dan turut melestarikannya.

Kemukakan sikap dan perilakumu yang telah menunjukkan sikap saling menghargai perbedaan ras dan suku bangsa!

Jawaban
– Menghormati dan menghargai keberagaman ras dan suku bangsa di sekitar kita.
– Berteman dengan siapa saja tanpa memandang latar belakang ras dan sukunya.

Demikianlah Pembahasan Mengenai Jawaban Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda yang terdapat pada Buku Siswa Kelas 5 Tema 7 Subtema 1 Pembelajaran 3.

Ceritakan kembali di hadapan orang tua dan anggota keluarga yang lain mengenai identitas ras dan suku bangsamu! Mintalah tanggapan kepada mereka! Semoga Bermanfaat


You May Also Like

About the Author: Afnan Rafiski