Prof. DR. R. Soeharso

Biodata Prof. DR. R. Soeharso

Biodata Prof. DR. R. Soeharso

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Prof. DR. R. Soeharso. Penasaran ingin tahu tentang biodata Prof. DR. R. Soeharso, simak penjelasannya berikut ini.

Prof. DR. R. Soeharso

Prof. DR. R. Soeharso adalah dokter ahli bedah, pahlawan nasional Indonesia, dan pendiri Pusat Rehabilitasi Profesor Dokter Suharso di Kota Surakarta yang merupakan tempat merawat penderita cacat jasmani.

Awal mula

Soeharso dilahirkan di desa Kembang, di lereng Gunung Merbabu, termasuk Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Pada tanggal 13 Mei 1912. Ayahnya bernama Sastrosuhardjo, pernah menjadi lurah atau kepala desa.

Pak Sastrosuhardjo adalah keturunan abdi dalem, pegawai kraton Surakarta. Putranya ada tujuh orang dan Prof. Dr. R. Soeharso adalah putranya yang keempat. Soeharso hidup dan dibesarkan di lingkungan pedesaan dengan penuh kesederhanaan.

Diantara putra dan putri Pak Sastrosuhardjo adalah Soeharso yang paling nakal. Karena itu kakeknya memberi sebutan si jago abang (jago merah).

Pendidikan

Pada tahun 1926 Soeharso menamatkan Sekolah Dasar (HIS) dengan angka yang memuaskan. Ia lalu melanjutkan sekolahnya di SMP (MULO) di Solo, Ia menumpang di rumah keluarga dr. Dullah.

Tahun 1930 Ia tamat dari MULO, lalu melanjutkan ke SMA Paspal (AMS = Algemeene Middelbare School Afdeeling B) di Yogyakarta. Di AMS menjadi anggota perkumpulan Jong Java, yang kemudian menjadi Indonesia Muda. meskipun demikian ia tidak tertarik pada perjuangan politik. Soeharso lebih tertarik pada kesenian, yaitu tari dan karawitan Jawa.

Sesudah tamat AMS, ia mendapat beasiswa untuk belajar di Sekolah Kedokteran (NIAS) di Surabaya. Selama menjadi mahasiswa ia juga tetap berkecimpung dalam kesenian. Ia mendirikan perkumpulan kesenian Siswa Mataya di Surabaya.

Baca Juga :  Contoh Proposal 17 Agustus Lengkap Dengan Anggaran

Pada tahun 1939 Soeharso lulus ujian NIAS dan berhak menggunakan gelar Indisch Arts. Ia mulai bekerja di Rumah Sakit Umum (CBZ) Surabaya. Di samping itu ia selalu giat menambah pengetahuan dan memperdalam ilmu bedah hingga akhirnnya mencapai dokter spsialis ahli bedah.

Pelarian

Ketika pasukan Jepang menyerbu Indonesia, Dr. Soeharso dan istrinya masih berada di Ketapang. Tindakan Jepang terhadap kaum terpelajar di sana terkenal kejam dengan pembunuhan tanpa alasan, kecuali kecurigaan bahwa kaum terpelajar akan menentang pemerintah Jepang.

Banyak korban pembunuhan kejam itu, antara lain dr. Agusjam, mertua Dr. Soeharso. Karena khawatir akan keselamatannya, maka dr. Soeharso beserta isteri melarikan diri dari Ketapang.

Suami isteri itu menyeberang ke pulau Belitung dengan motorboat. Dari Belitung ia meneruskan perjalannya dengan perahu Bugis (wangkang) ke pulau Jawa. Ternyata perahunya sampai di Pasar Ikan Jakarta. Ia lalu naik perahu lain menuju Semarang, namun angin tidak membantu pelayarannya.

Setelah tiga hari di lautan, barulah Soeharso dan isteri mendarat di Indramayu, Jawa Barat. Setelah berapa lama di sana dan berkesempatan pergi ke Bandung, mereka kembalil ke Indramayu. Dari sana dengan perahu ke Tegal, kemudian dengan perjalanan darat sampai di Sala, ibukota karesidenan Surakarta, Jawa Tengah.

Satu bulan lamanya dr. Soeharso dan isteri tinggal di desa kelahirannya Soeharso, kemudian bekerja di Rumah Sakit Jebres Sala, yang dipimpin oleh dr. Pujo.

Pemerintah Jepang di Kalimantan kehilangan dr. Soeharso dan memerintahkan mencari dan menangkapnya. Beruntunglah ia mendapat perlindungan dari dr. Mayeda seorang dokter Jepang, sehingga tetap bekerja di Rumah Sakit Jebres. dengan demikian dr. Soeharso selamat dari kekejaman dan pembunuhan Jepang.

Baca Juga :  Jawaban Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda

Dr. Soeharso tidak henti-hentinya berprakarsa. Ia telah menggerakkan berdirinya Yayasan Pembina Olah Raga Penderita Cacat di Sala. Selain itu ia juga memberi kuliah pada Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada pada mata kuliah Ilmu Orthopaedie, dan di Universitas Diponegoro serta Sekolah Tinggi Olah Raga di Surakarta.

Namanya terkenal di luar negeri secara luas. Ia pernah menjadi konsultan pada Pemerintah Vietnam Selatan. Penghargaan yang diterimanya datang dari berbagai penjuru dunia, selain yang sudah disebut di atas juga berupa Fellow of the International pabrik lege of Surgeons (Jenewa), Bintang Satyalancana Pembangunan (Rl).

Penghargaan dari IDI (Indonesia), Bintang Mahaputra klas III (Rl). Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Kedoktean (Unair), dan People to People Pro­gram Committee for the Handicapped (Amerika Serikat).

Di lapangan seni budaya, selain mendirikan Siswa Matoya (Surabaya) juga menjadi anggota Pengurus Yayasan Pendidikan Saraswati dengan Uni­versitas Nasional Saraswati di Surakarta, dan memimpin penyelenggaraan Sendratari Ramayana. Kemudian menjadi anggota Dewan Penyantun pada Akademi Karawitan Indonesia.

Suami isteri Dr. Soeharso dikaruniai 3 orang putra, yakni: 1. Tunjung Suwarsono, dokter ahli ortopedi, 2. Tunjung Wijayanto, insinyur dan 3. Tunjung Hasta, dokter medicin.

Sebagai nasionalis dan patriot Dr. Soeharso selalu berkata, ”Right or Wrong my Country, lebih-lebih kalau kita tahu, negara kita dalam keadaan bobrok, maka justru saat itu pula kita wajib memperbaikinya”.

Wafat

Dr. Soeharso meninggal dunia pada usia 59 tahun pada tanggal 27 Pebruari 1971 di Surakarta sesudah menderita sakit enam bulan.

Untuk menghargai jasa-jasanyya, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada.almarhum Dr. Soeharso dengan Surat Keputusan Presiden No. 088/Tk/1973 tanggal 6 November 1973.

Penutup

Itulah biodata Prof. DR. R. Soeharso. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.

Baca Juga :  Biodata Yuke Fadhillah Kirana Penemu Plastik Degradable Dari Limbah Kulit Udang

sumber: http://tamanmakampahlawan.com/prof-dr-r-soeharso/