Agam Wispi

Biodata Agam Wispi, Penulis Indonesia

Biodata Agam Wispi, Penulis Indonesia

Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Agam Wispi seorang Penulis Indonesia. Penasaran ingin tahu tentang biodata Agam Wispi, simak penjelasannya berikut ini.

Agam Wispi

Agam Wispi adalah seorang penulis Indonesia, beliau termasuk sebagai salah seorang penulis sastra eksil Indonesia. Ia mulai menjadi eksil, orang yang hidup di pengasingan, di Belanda sejak tahun 1988.Selain itu, Ia adalah seorang penyair, banyak menulis sajak, juga cerpen dan drama.

Dilansir dari Wikipedia, Agam Wispi lahir pada tanggal 31 Desember 1930 dan wafat pada 1 Januari 2003. Agam merupakan salah satu tokoh dari Kabupaten Langkat.

Agam Wispi memulai kariernya sebagai wartawan dan redaktur kebudayaan pada harian Kerakyatan dan Pendorong Medan pada tahun 1952 hingga tahun 1957.

Kemudian pindah ke Jakarta pada tahun 1957, Agam menduduki kedudukan yang sama sebagai redaktur kebudayaan di Harian Rakyat sampai tahun 1962 (terseling antara 1958-1959, Agam belajar jurnalistik di Berlin).

Antara tahun 1962-1965, beliau tercatat sebagai anggota Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) sekaligus dikenal sebagai wartawan dan penyair. Selain itu, ia pernah menjadi aggota Pimpinan Pusat Lekra (1959-1965).

Pada bulan Mei tahun 1965, Agam diundang ke Vietnam selama beberapa bulan dan sempat bertemu dengan Ho Chi Minh.

Akantetapi sejak saat itulah Agam tak bisa kembali ke tanah air karena arus balik politik di Indonesia. Dari bulan September 1965 sampai dengan  Desember 1970, ia bermukim di Republik Rakyat Tiongkok.

Dari tahun 1973-1978 tinggal di Leipzig, Jerman. Di kota itu, Agam sempat belajar sastra di Institut fur Literatur dan bekerja sebagai pustakawan di Deutsche Bucheret. Lalu sejak tahun 1988 Agam tinggal di Amsterdam, Belanda.

Baca Juga :  Soal PTS PJOK Lengkap Dengan Kunci Jawabannya

Pada tahun 1950-1960an Agam Wispi dikenal sebagai penyair. Salah satu sajaknya yang terkenal, Matinya Seorang Petani, tidak saja dilarang oleh pemerintahan Soeharto tetapi juga pemerintahan Soekarno.

Goenawan Mohamad dalam Catatan Pinggir di majalah Tempo, menulis tentang puisi ini: Pada suatu hari Agam Wispi menyaksikan keadaan itu pada awal tahun 1960-an, Saat berada di Tanjung Morawa tanah garapan para petani miskin digusur dengan traktor dan bedil, dan dari kantor Barisan Tani Indonesia rakyat memprotes, dan seorang petani mati ditembak:

”dia jatuh roboh satu peluru dalam kepala ingatannya melayang didakap siksa tapi siksa cumadapat bangkainya”

Ketika sajak itu terbit dalam antologi Matinja Seorang Petani (1961) ia dilarang oleh penguasa militer yang waktu itu ditegakkan bersama dengan “Demokrasi Terpimpin”.

Buku-buku kumpulan sajaknya Sahabat dan Yang Tak Terbungkamkan diterbitkan oleh Lekra, Jakarta. Selama hidupnya sebagai orang eksilan, beliau baru menerbitkan satu buku kumpulan sajak Kronologi in Memoriam 1953-1954.

Sajak-sajak yang sempat ditulisnya selama hidup di pengasingan masih tersimpan di laci belum sempat diterbitkan. Di Amsterdam, Beliau juga sempat mengelola ruang kebudayaan di majalah Arah.

Agam Wispi pulang kembali ke Indonesia pada tahun 1996, dan menerbitkan kumpulan puisi “Pulang”. Beliau meninggal dunia pada tanggal 1 Januari tahun 2003, pukul 1.00 waktu setempat di Verpleeghuis (rumah jompo), tempat tinggalnya di kota Wittenberg/Amsterdam dan dikremasi pada hari Selasa, 7 Januari 2003 di Westgaarde, Amsterdam.

Penutup

Itulah biodata Agam Wispi seorang Penulis Indonesia. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.

sumber : id.wikipedia.org