Biodata Mbah Moedjair Penemu Ikan Mujair
Hai sobat biodata, kali ini kami akan bagikan biodata Mbah Moedjair seorang penemu ikan mujair. Penasaran ingin tahu tentang penemu ikan mujair, simak penjelasannya berikut ini.
Biodata Mbah Moedjair :
Lahir : Tahun 1890 Kuningan, Blitar
Meninggal : 01 September 1957
Orang tua : Bayan Isman dan Ibu Rubiyah
Pasangan : Partimah
Dikenal atas : penemu ikan mujair
Mbah Moedjair nama aslinya adalah Iwan Dalauk, lahir tahun 1890 di desa Kuningan 3 km arah timur pusat kota Blitar, ia merupakan penemu dari spesies ikan yang diberi nama Ikan Mujair. Moedjair ialah Anak ke 4 dari 9 bersaudara, dari pasangan Bapak Bayan Isman dan Ibu Rubiyah.
Moedjair Menikah dengan Partimah. Dan dikaruniai 7 anak. Hampir semua anaknya saat ini sudah meninggal, kecuali Ismoenir yang bertempat tinggal di Kanigoro Blitar dan Djaenuri yang tinggal di Kencong Jember.
Sewaktu hidupnya Mbah Moedjair berjualan sate kambing. Warung sate kambingnya cukup terkenal di jaman itu, di daerah Kuningan Kanigoro. Pelanggannya dari berbagai ras. Akibat dari warungnya yang terkenal tentu saja pemasukan keuangan Pak Moedjair semakin banyak.
Hal itu memunculkan sifat negatip dari Moedjair muda saat itu, yaitu mulai gemar berjudi. Hebatnya dia tidak mau berjudi dengan bangsanya, tapi hanya dengan orang Tionghoa. Sisi baiknya, Moedjair mendidik anak – anaknya untuk tidak bermain judi.
Judi membuat usaha warung satenya jadi berantakan. Demikian yang disampaikan oleh Pak Slamet cucunya, anak dari Bapak Wahana, salah satu putra Moedjair.
Di masa keterprukannya, Moedjair melakukan tirakat, setiap tanggal 1 Suro ( penanggalan Jawa ), Moedjair mandi dipantai Serang, Blitar selatan.
Ketika melakukan ritual mandi, Moedjair menemukan ikan yang jumlahnya amat banyak, yang mempunyai keunikan, yatiu menyimpan anak dalam mulutnya, saat ada bahaya, dan dikeluarkan lagi saat bahaya telah lewat atau keadaan aman.
Karena keunikan ikan ini, Moedjair berniat mengembangkannya di rumah, didaerah Papungan, Kanigoro, Blitar. Moedjair menjaring ikan itu dengan udengnya ( ikat kepala ).
Dengan ditemani kedua temannya, Abdullah Iskak dan Umar, Moedjair membawa pulang ikan itu kerumahya. Tapi karena habitat yang berbeda, ikan itu mati pada saat dimasukan ke air tawar. Hal itu membuat Pak Moedjair penasaran dan tekun melakukan percobaan, agar spesies ikan ini bisa hidup di air tawar.
Dengan bolak–balik Papungan – Serang yang berjarak 35 km, berjalan kaki dengan melewati hutan belantara, naik turun bukit, betul betul akses jalan yang sulit, dan memakan waktu 2 hari 2 malam.
Di Pantai Serang Moedjair mengambil ikan itu dan dimasukan kedalam gentong tanah liat. Moedjair mencampurkan air laut dan air tawar dalam gentong. Percobaan percampuran air laut dan air tawar di lakukan secara terus menerus, dengan memperkecil jumlah air laut dan memperbesar jumlah air tawar.
Sampai satu saat kedua jenis air ini bisa menyatu. Menurut Pak Ismoenir ( anak Moedjair ), perjalanan bolak – balik Papungan – Serang, pada percobaan ke 11, berhasil hidup 4 ekor ikan spesies baru tersebut pada habitat air tawar. Keberhasilan itu terjadi di tanggal 25 Maret 1936.
4 Ikan itu dia tangkarkan di kolam sumber air Tenggong, Desa Papungan. Awalanya hanya satu kolam dan berkembang menjadi 3 kolam. Disekitar kolam Tenggong, Pak Moedjair membangun pondok yang juga sebagai tempat tinggal untuk keluarganya.
Perkembang biakan ikan spesies baru itu luar biasa cepat, maka jumlah ikan semakin banyak. Oleh Mbah Moedjair, ikan spesies baru itu diberikan secara cuma-cuma ke masyarakat sekitar Papungan. Dan dijual di sekitar Blitar dan di luar Blitar.
Penemuan ikan spesies baru ini sampai ke telinga Asisten Resident yang berada di Kediri. Asisten Residen ini juga seorang ilmuwan, ia tergoda untuk meneliti spesies hasil temuan Moedjair, berdasarkan literatur dan data yang ada.
Dia juga melakukan riset serta wawancara dengan Moedjair, tentang segalanya asal muasal ikan ini. Asisten Residen ini kagum dan takjub akan usaha dan kegigihan dari usaha percobaan mbah Moedjair.
Sebab itu, Asisten Residen ini memberikan penghargaan kepada Mbah Moedjair, pemberian nama ikan spesies baru tersebut dengan nama Moedjair. Sejak saat itu, ikan spesies baru tersebut dinamakan ikan MOEDJAIR (Mujair).
Ikan Moedjair semakin dikenal, dan masyarakt semakin banyak yang mengembang biakannya. Nama Moedjair pun semakin terkenal. Dengan bantuan anak sulung beliau, Wahanan, ikan Moedjair dipasarkan ke hampir daratan seluruh Jawa Timur.
Oleh pemerintah setempat, beliau diangkat sebagai Jogoboyo Desa Papungan dan mendapatkan gaji bulanan dari pemerintah daerah. Pemerintah Indonesia mengangkat beliau sebagai Mantri Perikanan.
Selain itu, Moedjair juga mendapatkan penghargaan EKSEKUTIP COMMITTE dari INDONESIA FISHERIES COUNCIL, atas jasanya menemukan ikan moedjair. Penghargaan itu diberikan di Bogor tanggal 30 Juni 1954.
Sebelumnya, pada tanggal 17 Agustus 1951, KEMENTERIAN PERTANIAN atas nama Pemerintah Indonesia, memberikan penghargaan pada Moedjair, waktu itu dijabat oleh Ir. Soewarto.
Selain membuat kolam ikan di Tenggong, Dia juga membuat kolam ikan di Papungan dan di Kedung ( sumber air ) desa Papungan. Di Kedung, Mbah Moedjair menghabiskan hari-hari tuanya selama kurang lebih 10 tahun.
Disini dia banyak dikunjungi dari masyarakat Blitar maupun luar kota Blitar, untuk menimba ilmu dan memancing ikan moedjair. Saat kesehatannya mulia menurun, ia memutuskan tinggal di dukuh Krajan, desa Papungan, dekat perbatasan dengan desa Sekardangan.
Mbah Moedjair meninggal pada tanggal 01 September 1957, karena penyakit asma. Dimakamkan di pemakaman umum desa Papungan. Pada tahun 1960, atas inisiatip Departemen Perikanan Indonesia, makam beliau dipindah ke area kusus di selatan desa Papungan, yang juga berfungsi sebagai makam keluarga.
Pada batu nisan beliau tertulis “ MOEDJAIR PENEMU IKAN MOEDJAIR “, lengkap dengan relief ikan moedjair, sebagai penghargaan atas jasanya. Akses jalan ke makam juga diberi nama Moedjair.
Penutup
Itulah biodata Mbah Moedjair seorang penemu ikan mujair. Semoga dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi sobat biodata sekalian.
sumber : www.Biografiku.com